Jalan Protokol di Kota Bandung Ditutup Lagi, Epidemiolog Nilai Pemkot Berupaya Cegah Klaster Baru

- 25 Juni 2020, 09:19 WIB
Penutupan jalan Asia Afrika Kota Bandung, Rabu (24/6/2020).**
Penutupan jalan Asia Afrika Kota Bandung, Rabu (24/6/2020).** /dok.PRFM

PRFMNEWS - Virus corona atau penyakit covid-19 bisa menular melalui percikan ludah atau droplet. Oleh karena itu, warga diminta untuk menjaga jarak atau physical distancing agar terhindar dari covid-19.

Di tengah anjuran menjaga jarak, saat kota Bandung masih memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proporsional, banyak yang melaporkan jika di beberapa ruas jalan di kota Bandung banyak kerumuman orang di malam hari. Oleh karena itu, mencegah ada kerumuman di malam hari di tengah PSBB proporsional, Pemkot Bandung bekerjasama dengan Polrestabes Bandung menutup beberapa ruas jalan protokol yang kerap digunakan warga untuk nongkrong atau berkerumun di malam hari.

"Jadi tentu kalau orang berkerumun dalam jarak dekat itu disarankan kalau berdasarkan litelatur itu harus ada jarak minimal satu meter. Jadi kalau agak rapat atau berkerumun kurang dari satu meter kemudian ada droplet dari yang positif kan kemudian bisa menular ke yang lain. Jadi itu bahayanya berkerumun," kata Ahli Epidemiologi sekaligus Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dr. Bonie Wiem Lestari, Kamis (25/6/2020).

Baca Juga: Viral Utas di Twitter, Awalnya Hilang Rokok, Akhirnya Beri Motivasi Agar Tak Patah Semangat

Oleh karena itu, saat Pemkot Bandung kembali menutup jalan, Bonie menilai jika Pemkot berupaya mencegah adanya klaster baru terlebih banyak kelompok masyarakat yang berkerumun atau nongkrong di malam hari tanpa menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19.

Warga, kata Bonie, tak semuanya telah dites covid-19. Oleh karena itu masih dikhawatirkan adanya orang positif tanpa gejala berada di kerumuman sehingga berpotensi menyebarkan covid-19 kepada orang di sekitarnya.

"Saya melihat kemungkinan pemerintah kota Bandung menilai warga 'barebas teuing' (terlalu bebas) jadi dianggap sudah tidak ada PSBB kemudian mulai masyarakat berkerumun seperti biasa seolah-olah tidak ada pembatasan, jadi mungkin ini tindakan pencegahan yang dilakukan pemerintah kota Bandung mencegah sampai ada klaster baru," jelas Bonie.

Baca Juga: Bandel, Tempat Spa yang Kedapatan Buka Langsung Disegel Satpol PP

Dengan adanya potensi penyebaran dari orang tanpa gejala, Bonie mengingatkan warga agar tetap menerapkan protokol kesehatan. Menurutnya, orang tanpa gejala ini harus sangat diwaspadai karena tidak terlihat ciri-cirinya.

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x