Bukan Cuma Batasi Gorengan, Kolesterol Tinggi Ternyata Bisa Dipicu 4 Kebiasaan Masak yang Salah Kata dr. Ema

- 30 September 2022, 08:45 WIB
Ilustrasi gorengan./
Ilustrasi gorengan./ //Budi Satria/PRFMNEWS.

PRFMNEWS – Healthy vlogger dokter Ema Surya Pertiwi mengungkap penyebab kolesterol tinggi bukan hanya akibat kebiasaan mengonsumsi makanan yang dimasak dengan cara digoreng dengan minyak sayur.

Penyebab kolesterol tetap tinggi meski sudah mengurangi gorengan, kata dr. Ema Surya Pertiwi, bisa jadi karena kebiasaan memasak makanan untuk dikonsumsi sehari-hari yang salah.

Menurut dr. Ema Surya Pertiwi ada empat cara memasak makanan yang perlu dihindari jika ingin kolesterol tinggi kembali turun normal.

Selain memaparkan empat cara memasak yang salah, dr. Ema Surya Pertiwi juga membagikan tips sehat mengolah makanan saat dimasak menggunakan minyak agar tidak memicu kolesterol tinggi.

Baca Juga: Jarang Diketahui, Ternyata Camilan Ini Bagus untuk Stabilkan Gula Darah, Bisa Cegah Kolesterol dan Hipertensi

Memang dr. Ema mengakui empat cara memasak yang salah ini kerap jadi kebiasaan meski bisa memicu kolesterol tinggi karena mampu meningkatkan rasa makanan menjadi lebih enak ketika disantap.

Lantas, apa saja kebiasaan memasak makanan yang salah dan perlu dihindari agar kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah bisa turun?

1. Memanaskan ulang makanan berkaldu

Tak dipungkiri memanaskan ulang makanan yang mengandung kaldu seperti rawon, kare, sop dan lainnya memang akan meningkatkan citarasa.

Namun dr. Ema menyebut kebiasaan memasak tersebut bisa mengubah lemak dalam daging menjadi tinggi kolesterol dan lemak jahat.

“Sehingga walaupun dikonsumsi sedikit itu bisa menumpuk dan meningkatkan kadar kolesterol. Apalagi biasanya makanan ini tinggi garam sehingga berisiko pula meningkatkan tekanan darah tinggi” ucapnya, dikutip prfmnews.id dari kanal YouTube Emasuperr.

Baca Juga: Tidak Hanya Membuat Usus Bocor, Inilah yang Terjadi Jika Mengonsumsi Gorengan Tiap Hari Kata dr. Zaidul Akbar

2. Menggunakan minyak curah berulang kali

Menurut dr. Ema ketika minyak goreng terkena panas dengan adanya udara dan air dari bahan makanan saat menumis maupun menggoreng dapat memicu terjadinya oksidasi asam lemak.

“Sebenarnya oksidasi asam lemak ini baik untuk menambah rasa enak pada makanan yang digoreng jadi renyah, kriuk, gurih. Namun oksidasi ini bisa menghasilkan zat lain yaitu aldehida, keton, dan alkohol,” jelasnya.

Ia menjelaskan aldehida dalam jumlah kecil aman bagi tubuh, namun jika aldehida ini terus-menerus dipanaskan sampai titik asap minyak dapat menimbulkan berbagai jenis masalah kesehatan tubuh.

“Titik asap ini adalah titik ketika minyak saat dipanaskan mulai berasap. Jadi muncul asap berwarna biru kehitaman di atas penggorengan,” bebernya.

Kondisi tersebut, lanjutnya, akan mempercepat penguraian trigliserida menjadi asam lemak dan akrolein. Ditandai dengan munculnya bau menyengat saat memasak makanan dengan minyak tersebut.

“Makanan terasa tengik dan rasanya serak dan gatal di area tenggorokan. Minyak cepat habis saat digunakan memasak, baunya terasa tidak nyaman dan pengap, serta asapnya jadi hitam,” bebernya.

Jika dibiarkan kerap memasak menggunakan minyak goreng yang sudah melebihi batas titik asap makan dr. Ema menyebut akan meningkatkan risiko masalah kesehatan termasuk kolesterol jahat.

Baca Juga: Polisi Sebut Operasi Zebra 2022 di Kota Bandung Bakal Pakai Mekanisme Tilang Berbeda dengan Sebelumnya

3. Menggoreng makanan bertepung ditambah gula

Cara memasak yang harus dihindari jika ingin kolesterol jahat cepat turun adalah tidak menggoreng makanan bertepung yang dipanaskan berulang kali bahkan ditambah gula pada tepungnya.

Kebiasaan ini kata dr. Ema kerap dilakukan pada gorengan yang digoreng lagi agar kembali panas sebelum dikonsumsi.

“Makanan ini tinggi akan tepung serta gula, ketika digoreng akan meningkatkan kalorinya lebih banyak lagi. Apalagi jika digoreng dengan minyak yang banyak dan suhu sangat tinggi, bisa mengubah struktur kimia dari lemak sehingga tubuh bisa semakin sulit memecah lemak tersebut menjadi trigliserida dan lemak trans,” terangnya.

Ia melanjutkan lemak trans yang menumpuk pada tubuh akan semakin meningkatkan risiko kolesterol tinggi, kanker, sakit jantung, diabetes, bahkan kegemukan.

4. Salah menggunakan jenis minyak sayur

Menurut dr. Ema salah satu minyak sayur yang digunakan untuk menggoreng mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang diyakini lebih sehat untuk tubuh.

Biasanya minyak sayur jenis ini digunakan sebagai campuran salad maupun makanan penambah rasa.

“Namun minyak sayur yang tinggi lemak Omega 6 ini ketika dipanaskan dalam suhu yang tinggi dan jangka waktu lama akan merusak kandungan asam lemaknya dan meningkatkan kadar aldehida sehingga membahayakan tubuh,” tuturnya.

Baca Juga: 10 Manfaat Oncom untuk Kesehatan, Bisa untuk Meningkatkan Fungsi Otak dan Menurunkan Kolesterol

Untuk itu dr. Ema membagikan tips sehat memasak dengan minyak goreng yang baik dan benar:

Pertama, masak gorengan sendiri di rumah dengan menggunakan minyak yang dimiliki. Sebisa mungkin lebih selektif membeli gorengan di luar untuk memastikan tidak dimasak memakai minyak bekas.

Kedua, gunakan minyak sayur sekali pakai terutama pada minyak biji matahari, olive oil, dan minyak jagung. Masak dengan api kecil saja dengan waktu sekitar 5-10 menit seperti untuk menumis bumbu.

“Paling bagus malah dimakan langsung jadi digunakan sebagai campuran (dressing) salad dan penambah rasa saja untuk mencegah terbentuknya titik asap pada minyak,” ungkap dr. Ema.

Ketiga, gunakan minyak kelapa khusus untuk menggoreng makanan yang butuh banyak minyak hingga terendam (deep frying) dan tetap batasi mengonsumsinya minimal 1 minggu sekali.

“Usahakan pakai api kecil saat melakukan deep frying untuk meminimalkan risiko titik asap pada minyak. Batasi penggunaan ulang minyak tersebut sebanyak 2-3 kali untuk menghindari risiko bahaya pada tubuh,” ucapnya.

Baca Juga: Sudah Terjadi 134 Kejadian Kebakaran di Kota Bandung, Puntung Rokok Salah Satu Penyebab Amukan Si Jago Merah

Selain itu dr. Ema sangat menyarankan untuk menyaring minyak bekas pakai tadi dengan kain tipis untuk memisahkan partikel makanan tersisa sehingga tidak meningkatkan risiko perubahan minyak.

“Simpanlah minyak di tempat yang sejuk dan lembab sehingga bisa digunakan di kemudian hari. Buang minyak jika sudah berbusa dan berbau tengik sehingga membuat makanan tidak enak lagi” paparnya.

Keempat, hindari gunakan cutil plastik saat menggoreng karena bahan tersebut bisa terurai di dalam minyak panas yang tidak sadar bisa ikut termakan dan membahayakan kesehatan tubuh. ***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah