PRFMNEWS - Sepuluh tawanan perang warga negara asing (WNA) yang ditangkap Rusia di Ukraina, telah dibebaskan pada, Rabu, 21 September 2022 waktu setempat.
Para tawanan tersebut termasuk dari negara Amerika Serikat dan Inggris telah dibebaskan dan dipindahkan ke Arab Saudi sebagai bagian dari pertukaran antara Rusia dan Ukraina, demikian seperti yang dilansir PRFMNEWS dari Aljazeera.
Pembebasan tersebut dilakukan setelah mediasi yang dilakukan oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.
“Sebagai kelanjutan dari komitmen [nya] terhadap inisiatif kemanusiaan menuju krisis Rusia-Ukraina”, kata kementerian luar negeri Saudi.
Daftar WNA yang dibebaskan tersebut sudah termasuk warga negara Amerika, Inggris, Kroasia, Maroko dan Swedia, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa sebuah pesawat yang membawa para tahanan mendarat di kerajaan itu.
Pernyataan Saudi mengatakan mereka telah tiba dari Rusia dan bahwa pihak berwenang Saudi "memfasilitasi prosedur untuk kembalinya mereka dengan aman ke negara masing-masing".
Sejumlah besar orang asing telah melakukan perjalanan ke Ukraina untuk berperang sejak invasi Rusia pada 24 Februari lalu. Beberapa dari mereka telah ditangkap oleh pasukan Rusia, bersama dengan orang asing lainnya di negara itu yang mengatakan bahwa mereka bukan pejuang.
Pangeran Mohammed bin Salman telah mempertahankan hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin , termasuk dalam kerangka kelompok produsen minyak OPEC, meskipun ada tekanan berat dari Washington, sekutu tradisional Riyadh, untuk mengisolasi Rusia.
Baik pasukan Ukraina dan Rusia telah menangkap ratusan pejuang musuh sejak awal konflik, dengan beberapa pertukaran tahanan telah terjadi.
Kepala misi hak asasi manusia PBB di Ukraina mengatakan awal bulan ini Rusia tidak mengizinkan akses ke tawanan perang (POWs), dan ia juga menambahkan bahwa PBB memiliki bukti bahwa beberapa telah mengalami penyiksaan dan perlakuan buruk yang dapat berjumlah kejahatan perang.
Baca Juga: Timnas Sepak Bola Amputasi Lolos ke Piala Dunia, Presiden Bangga: Pemerintah Siapkan Semua Kebutuhan
Namun, Rusia menyangkal penyiksaan atau bentuk penganiayaan lainnya terhadap tawanan perang.***