Melihat Lebih Dekat Taman Saqifah Bani Saidah di Madinah

8 Agustus 2022, 16:45 WIB
Taman Saqifah Bani Saidah /M. Arief Gunawan/PR


PRFMNEWS - Senin, 12 Rabiul Awal 11 Hijriah atau bertepatan dengan 8 Juni 632 menjadi hari yang kelam bagi umat Islam.

Pada hari itulah Rasulullah Muhammad saw wafat dalam usia 63 tahun di pangkuan sang istri Siti Aisyah, setelah beberapa waktu sebelumnya menderita sakit. Kepergian tersebut tentunya menjadi duka mendalam bagi seluruh umat Islam khususnya para sahabat yang selama ini berjuang di jalan Allah.

Selain meninggalkan kesedihan, kepergian Sang Pemimpin juga meninggalkan kekosongan kekuasan di saat itu. Tak heran, banyak pihak-pihak khawatir kepergian Rasulullah akan berdampak pada kejayaan Islam. Perlu ada sosok untuk menggantikan peran Rasulullah sebagai pemimpin yang bisa menyatukan seluruh umat dari berbagai kalangan.

Baca Juga: Kepulangan Jemaah Haji Indonesia Kloter Surabaya Sempat Diwarnai Badai Pasir Saat di Madinah

Saat itulah Islam menunjukkan sebagai agama yang menjunjung tinggi demokrasi. Setelah melalui perdebatan panjang, seluruh pihak di Madinah sepakat untuk mengangkat Abu Bakar Ash-Shidiq sebagai pemimpin umat atau khalifah. Dia pun kemudian dijuluki Khalifatur Rasul (Penerus Utusan Allah).

Peristiwa pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah ternyata tak bisa dilepaskan dari keberadaan tempat bersejarah bernama Saqifah Bani Sa'idah. Di sanalah semua peristiwa itu terjadi dan kini tempat tersebut banyak dikunjungi para peziarah yang datang ke Madinah.

“PR” bersama tim Media Center Haji (MCH) Madinah sempat mengunjungi tempat bersejarah itu. Lokasi Saqifah Bani Sa'idah berada sekitar 400 meter dari Masjid Nabawi, tepatnya dekat dengan pintu pagar 326. Peziarah bisa menempuhnya dengan berjalan kaki.

Baca Juga: Pulang ke Tanah Air, Menag Apresiasi Petugas PPIH Layani Jemaah Haji

Lokasi tersebut saat ini sudah berbentuk taman yang dikelilingi pagar besi. Dahulu, di taman tersebut berdiri saqifah alias bangunan semacam tempat pertemuan milik salah satu keluarga suku Yahudi di Madinah, Bani Sa'idah. Bangunan tu terletak di sebelah Sumur Bida'ah yang saat ini jadi sumber air taman.

Di pintu masuk ada papan berlatar warna merah yang berisi sejarah singkat tempat itu yang ditulis dalam dua bahasa yaitu Arab dan Inggris.

Namun, tidak setiap waktu peziarah bisa masuk ke dalam taman karena pintu masuknya terkunci. Jika beruntung, jemaah bisa masuk dengan meminta izin kepada penjaga taman yang biasanya membersihkan tempat tersebut di waktu waktu tertentu. Itu pun jemaah tidak bisa terlalu lama berada di dalamnya.

Baca Juga: Semua Jemaah Haji Indonesia Sudah Tinggalkan Mekah Menuju Madinah

Taman Saqifah Bani Sa'idah sendiri cukup arsi dan rimbun karena banyak ditumbuhi pepohonan tinggi seperti kurma dan bidara. Beberapa tanaman hias seperti lidah mertua, lidah buaya, palem, dan beberapa jenis tanaman merambat juga menghiasi taman.

Pepohonan tersebut juga menjadi tempat berlindung dan bermain burung-burung kicau dan merpati yang hidup di sekitarnya. Di tengah taman terdapat sebuah kolam berbentuk bulat. Saat “PR” datang, air dalam kolam tengah digunakan untuk menyiram tanaman di taman tersebut.

Staf Teknis Urusan Haji (TUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia Jeddah Dr Nasrullah Jasam menjelaskan, sebelumnya Saqifah Bani Sa'idah bukanlah taman seperti saat ini.

Tempat itu awalnya merupakan balai musyawarah untuk warga setempat. Namun, seiring waktu tempat itu berubah menjadi taman. Begitu pula dengan bangunan-bangunan di sekitarnya yang kini sudah tidak ada seiring dengan rencana perluasan Masjid Nabawi.

Baca Juga: Jemaah Haji Indonesia Diminta Jangan Salah Kaprah Saat Berziarah di Madinah

“Menurut penjaganya taman ini memang tidak selalu dibuka untuk menjaga kondisi taman agar tetap asri dan indah. Hal itu karena dulu banyak jemaah yang datang ke sini merusak tanaman bahkan merokok dan mengotori tempat ini,” kata Nasrullah, yang memandu tim saat berkunjung ke tempat itu, Sabtu 6 Agustus 2022.

Menurut dia, nama Saqifah Bani Sa'idah seringkali disebut dalam buku-buku sejarah Islam sehingga sering dikunjungi. Sampai saat ini keberadaannya tetap dipertahankan. Apalagi kini pihak Arab Saudi memang kini mulai fokus memoles tempat tempat bersejarah untuk menarik pariwisata.

Taman Saqifah Bani Saidah M. Arief Gunawan/PR

Perdebatan


Nasrullah menjelaskan, penetapan Abu Bakar sebagai khalifah sempat diwarnai perdebatan antara kaum Anshor dan Mujahirin. Kaum Anshor saat itu sudah siap untuk menunjuk kandidat yang mereka usung yaitu Sa'ad bin 'Ubadah sebagai pemimpin.

Namun, hal tersebut kemudian sampai di telinga Umar bin Khottab yang kemudian mengajak Abu Bakar datang ke pertemuan di Saqifah Bani Sa'idah tersebut. Awalnya Abu Bakar sempat menolak karena tengah berduka akibat kepergian Rasulullah, tetapi Umar bisa meyakinkannya untuk datang ke pertemuan.

Baca Juga: Jemaah Haji Indonesia Diminta Jangan Salah Kaprah Saat Berziarah di Madinah

Perdebatan pun sempat terjadi di pertemuan tersebut. Kelompok Anshor bahkan sempat berujar agar kedua golongan memilih pemimpin masing-masing. Namun, Umar berhasil meyakinkan kaum Anshor sehingga akhirnya mereka membai'at Abu Bakar.
Setelah Rasulullah dikebumikan keesokan harinya, baiat itu dikuatkan oleh 33.000 Muslim penduduk Madinah. Umat Islam untuk sementara terhindar dari perpecahan yang bisa memicu kehancuran.

“Sebetulnya Abu Bakar cenderung memilih satu diantara dua orang yaitu Abu ‘Ubaidillah bin al Jarrah dan Umar bin Khottab menjadi khalifah. Namun, Umar menolak dan justru mencalonkan Abu Bakar. Umar pun mengulurkan tangannya membai'at Abu Bakar, begitu juga dengan sahabat yang lainnya,” tuturnya.

Nasrullah menjelaskan, ada beberapa poin penting yang bisa dilihat dari peristiwa yang terjadi di Saqifah Bani Sa'idah. Pertama, para sahabat menyadari betul bahwa adanya seorang pemimpin sangat penting ditengah-tengah ummat. Oleh karena itulah, ketika Rasulullah wafat, para sahabat segera berkumpul untuk memilih sosok yang bisa menggantikan sebagai pemimpin ummat.

Baca Juga: Jemaah Haji Indonesia Diminta Jangan Salah Kaprah Saat Berziarah di Madinah

Poin kedua adalah bahwa perbedaan pandangan dalam memilih pemimpin adalah hal yang lumrah. Hal ini terjadi antara sahabat dari kalangan Anshor dan Muhajirin bahkan kalangan Bani Hasyim memiliki pandangan lain yang karena beberapa alasan cenderung memilih Ali bin Abi thalib sebagai khalifah. Namun, ketika sudah diputuskan maka semua pihak harus sama-sama mendukung demi kesejahteraan umat.

“Poin ketiga, hendaknya setiap orang menyadari dan mengukur diri akan kemampuannya. Dalam hal ini sikap Umar patut dijadikan contoh. Ketika Abu Bakar memintanya untuk menjadi khalifah dengan rendah hati beliau berkata ‘bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin ummat yang didalamnya terdapat Abu bakar’. Umar merasa bahwa sosok Abu Bakar saat itu lebih layak menjadi kholifah dari dirinya. Semoga peristiwa Saqifah Bani Sa'idah bisa menjadi renungan bagi calon-calon pemimpin kita ke depan,” tutur Nasrullah.

Saqifah Bani Sa'idah bisa dikatakan sebagai lokasi kelahiran Khulafaur Rasyidin yang dimulai oleh Abu Bakar, kemudian dilanjutkan Umar bin Khotab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Kekhalifahan tersebut berhasil menyebarkan Islam hingga ke Mesir, Persia, Suriah, Armenia, Siprus.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler