Harga Pupuk Meroket, Petani: Belum Apa-apa Sudah Ngitung Rugi Bukan Ngitung Untung

- 11 Oktober 2020, 10:35 WIB
Ilustrasi petani menggiling padi. /ANTARA
Ilustrasi petani menggiling padi. /ANTARA /

PRFMNEWS – Petani Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengeluhkan mahalnya pupuk yang dijual di pasaran. Adalah Adi, petani asal Cililin yang mengaku kesulitan untuk membeli pupuk jenis urea tersebut.

Menurut Adi saat ini pupuk yang dijual di pasaran mencapai Rp700 - Rp800 per kilo. Kemudian jika kebutuhan pupuk mencapai satu kuintal, maka terpaksa ia harus merogoh saku lebih dalam untuk membayar Rp700 ribu hingga Rp800 ribu.

“Sekarang mahal banget. Kalau beli sendiri ke pengecer 700 rupiah per kilo, kalau terima di kebon atau di rumah 800 per kilo. Itu belum ongkos,” keluh Adi saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel, Minggu 11 Oktober 2020.

Baca Juga: BMKG Bandung Sebut Siang Hari Hujan Masuk Malam Hari Berawan

Padahal sebelumnya, harga pupuk urea hanya Rp120 per kilonya. Sehingga dengan naik tajamnya harga pupuk membuat para petani kewalahan.

“Sebelumnya mah ringan, nerima di rumah sekarung 50 kg itu 120 rupiah, berarti 1 kuintal 240 rupiah. Sekarang kan 700-800 itu kan nggak kira-kira,” ungkapnya.

Sudah seminggu ia mengaku harga pupuk melambung tinggi. Jika dihitung, lanjut Adi, bukan keuntungan lagi yang didapatkannya tapi harus bersiap dengan kerugian yang berpotensi dihadapinya.

Baca Juga: Pengamat Ekonomi Ini Dukung Pemerintah Ganti Subsidi Gas 3 Kg Jadi BLT Karena Jelas dan Tertuju

“Udah harga pupuk segitu, belum pestisida, belum buruh taninya. Itu mah belum apa-apa sudah ngitung rugi bukan ngitung untung,” jelasnya.

Halaman:

Editor: Rifki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x