Anggota Dewan Tidak Setuju dengan Sistem Ganjil Genap yang Bakal Diterapkan Bagi PKL di Bandung

- 18 Juli 2020, 21:47 WIB
WARGA berjalan menyusuri trotoar melewati lapak PKL dan pertokoan sambil menggunakan masker, di Pasar Cicadas, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Kamis (28/5/2020)
WARGA berjalan menyusuri trotoar melewati lapak PKL dan pertokoan sambil menggunakan masker, di Pasar Cicadas, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Kamis (28/5/2020) /ADE BAYU INDRA/PR

PRFMNEWS - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), tengah mengkaji sistem ganjil genap bagi para pedagang kaki lima (PKL).

Anggota Komisi B DPRD Kota Bandung, Uung Tanuwijaya mengatakan, secara pribadi dirinya tidak setuju dengan sistem ganjil genap yang bakal diterapkan bagi PKL tersebut.

Pasalnya, dia menilai kebijakan tersebut akan semakin menyusahkan para PKL. Karena banyak PKL yang penghasilannya menurun akibat pandemi Covid-19.

"Secara pribadi tidak setuju dengan kajian ganjil genap, karena PKL adalah salah satu yang terdampak Covid, kalau udah mulai dibatasi kan kasihan. Apalagi saat ini Kota Bandung butuh perputaran ekonomi," kata Uung saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Sabtu 18 Juli 2020.

Baca Juga: Soal Aturan Ganjil Genap Untuk PKL di Bandung, Koordinator PKL Cicadas: Akan Merepotkan

Uung mengatakan walaupun tidak besar, tapi karena jumlah PKL banyak, itu sangat berpengaruh terhadap roda perekonomian Kota Bandung.

Memang kata dia, upaya Pemkot itu baik karena bertujuan untuk menerapkan physical distancing di pasar yang menjadi tempat kerumunan.

Namun, masih banyak cara lain yang bisa dilakukan selain dengan memberlakukan ganjil genap. Yang utama katanya adalah memberikan edukasi kepada pengunjung agar selalu menerapkan protokol kesehatan.

"Harusnya walaupun tidak berlaku ganjil genap, tapi edukasi ke pengunjung untuk jaga jarak harus dilakukan," katanya.

Baca Juga: Hingga 18 Juli, Konfirmasi Covid-19 di Kabupaten Bandung Capai 141 Kasus

Dia mengatakan, sistem ganjil genap pernah diterapkan di Jakarta pada awal Juni lalu, dan hasilnya tidak berhasil.

Karena walaupun diberlakukan ganjil genap, kerumunan di pasar tetap tidak bisa terhindarkan.

"Jumlah pengunjung tetap banyak, mungkin kurang edukasi di sana (Jakarta), tetap berdesakan tidak ada jaga jarak karena saking padatnya. Kalau diterapkan di Bandung juga saya rasa akan sama," katanya.

Lebih lanjut dia menuturkan, sistem ganjil genap bisa efektif diterapkan di pasar yang sifatnya homogen.

Selain bisa menerapkan physical distancing, penghasilan para PKL di pasar homogen pun tidak akan terdampak lagi. 

Kalau diterapkan di pasar yang tidak homogen, seperti sebagian besar pasar di Bandung, ganjil genap tidak akan efektif untuk menerapkan physical distancing.

"Kalau pasar homogen, jual makan, makanan semua, jual buah-buahan, buah-buahan semua. Saat yang ganjil masuk, yang genap bisa titipin dagangannya ke yang ganjil. Kalau di pasar yang tidak homogen kasian mereka udah rezekinya kurang, terus dibatasin lagi harus jualan dua hari sekali," katanya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x