Inilah Salah Satu Penyebab Anak di Kota Bandung Lahir dengan Kondisi Stunting, Hasil Observasi Tim RSHS

- 22 Oktober 2022, 18:40 WIB
Ilustrasi observasi anak dengan kondisi stunting di Kota Bandung.
Ilustrasi observasi anak dengan kondisi stunting di Kota Bandung. /Diskominfo Kota Bandung

PRFMNEWS - Salah satu penyebab anak di Kota Bandung lahir dengan kondisi stunting (kondisi gagal tumbuh pada anak balita) adalah pola makan calon ibu.

Hal ini terungkap dari survei Tim Audit Kasus Stunting (AKS) Kota Bandung dari dua kecamatan dan tiga kelurahan Kota Bandung.

Kepala Divisi Obstetri dan Ginekologi Sosial Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dr. Dini Hidayat yang juga terlibat dalam Tim AKS memaparkan hasil temuannya di Kelurahan Kujangsari, Kecamatan Bandung Kidul.

Baca Juga: Begini Upaya Pemerintah Kota Bandung Menanggulangi Banjir di Gedebage Setelah Hujan Lebat

"Ada tiga penyebab terbesar stunting di Kota Bandung, yakni pola makan calon ibu, permasalahan sanitasi dasar, dan penanganan remaja menikah usia dini," ucapnya.

Dokter Dini memaparkan, saat survei di lokasi tersebut, pola makan para ibu hamil masih perlu dibenahi.

Selain itu, menurutnya edukasi terkait pernikahan dini, alat KB dan antisipasi stunting masih harus terus digencarkan.

"Ada yang lagi hamil, tapi makannya cuma mi instan. Mungkin karena cuma itu yang bisa masuk perut ya. Tapi, tetap harus diatur pola makannya dengan yang bergizi," ujar dokter Dini.

Baca Juga: Jangan Disepelekan, Sering Merasa Tidak Tenang Bisa Menyebabkan Kerusakan Organ Tubuh Ini, kata dr. Sung

Selain itu, kerap ditemukan kasus pernikahan dini. Risiko dari pernikahan dini atau di bawah usia tak hanya berdampak pada stunting, tapi juga kematian ibu dan anak.

"Ada yang umur 14 tahun dinikahkan orang tuanya karena merasa sudah tidak sanggup secara ekonomi. Akhirnya saya cuma bisa memberi saran agar menunda kehamilan dulu," bebernya.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Dewi Kania Sari menyampaikan, berdasarkan data SSGI tahun 2021, prevalensi stunting di Kota Bandung sejumlah 26,40 persen.

"Dari hasil audit pertama ini, kita akan mengambil rencana tindak lanjut penanganan stunting. Stunting menjadi prioritas kami, sudah dimasukkan ke RPJMD," ujarnya.

Pemerintah Kota Bandung menargetkan pada 2022 prevalensi stunting bisa turun menjadi 23,12 persen. Lalu, di tahun 2023 turun menjadi 19,01 persen.

Baca Juga: CATAT! Ini Jadwal Penutupan Jalan Asia Afrika saat KTT OKI di Kota Bandung

Semoga 2024 prevalensi stunting kita bisa turun sampai 14 persen," harap Dewi.

Menurut Dewi, dalam setahun Pemkot Bandung perlu melakukan audit stunting sebanyak dua kali. Untuk audit kasus stunting kedua rencananya akan dilakukan di bulan Nov 2022.

"Audit pertama itu kita ambil contoh dari dua kecamatan dan tiga kelurahan berdasarkan prevalensi tertinggi se-Kota Bandung," katanya.

Lokasi tersebut antara lain Kecamatan Babakan Ciparay yang terdiri dari Kelurahan Margahayu Utara dan Babakan Ciparay. Lalu, Kecamatan Bandung Kidul yang difokuskan di Kelurahan Kujangsari.

"Kelurahan Margahayu Utara sasarannya bayi dua tahun (baduta) dan ibu nifas berisiko stunting. Sedangkan Kelurahan Babakan Ciparay sasarannya ibu hamil berisiko stunting. Lalu, di Kujangsari sasarannya calon pengantin berisiko stunting," paparnya.***

Editor: Indra Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah