Inilah Salah Satu Penyebab Anak di Kota Bandung Lahir dengan Kondisi Stunting, Hasil Observasi Tim RSHS

- 22 Oktober 2022, 18:40 WIB
Ilustrasi observasi anak dengan kondisi stunting di Kota Bandung.
Ilustrasi observasi anak dengan kondisi stunting di Kota Bandung. /Diskominfo Kota Bandung

Selain itu, kerap ditemukan kasus pernikahan dini. Risiko dari pernikahan dini atau di bawah usia tak hanya berdampak pada stunting, tapi juga kematian ibu dan anak.

"Ada yang umur 14 tahun dinikahkan orang tuanya karena merasa sudah tidak sanggup secara ekonomi. Akhirnya saya cuma bisa memberi saran agar menunda kehamilan dulu," bebernya.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Dewi Kania Sari menyampaikan, berdasarkan data SSGI tahun 2021, prevalensi stunting di Kota Bandung sejumlah 26,40 persen.

"Dari hasil audit pertama ini, kita akan mengambil rencana tindak lanjut penanganan stunting. Stunting menjadi prioritas kami, sudah dimasukkan ke RPJMD," ujarnya.

Pemerintah Kota Bandung menargetkan pada 2022 prevalensi stunting bisa turun menjadi 23,12 persen. Lalu, di tahun 2023 turun menjadi 19,01 persen.

Baca Juga: CATAT! Ini Jadwal Penutupan Jalan Asia Afrika saat KTT OKI di Kota Bandung

Semoga 2024 prevalensi stunting kita bisa turun sampai 14 persen," harap Dewi.

Menurut Dewi, dalam setahun Pemkot Bandung perlu melakukan audit stunting sebanyak dua kali. Untuk audit kasus stunting kedua rencananya akan dilakukan di bulan Nov 2022.

"Audit pertama itu kita ambil contoh dari dua kecamatan dan tiga kelurahan berdasarkan prevalensi tertinggi se-Kota Bandung," katanya.

Lokasi tersebut antara lain Kecamatan Babakan Ciparay yang terdiri dari Kelurahan Margahayu Utara dan Babakan Ciparay. Lalu, Kecamatan Bandung Kidul yang difokuskan di Kelurahan Kujangsari.

Halaman:

Editor: Indra Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah