“Sekarang yang pascahospital sedang dipantau kalau bisa menampung sampai 500 orang. Jadi di satu gedung sehingga koordinasinya lebih mudah,” ujar Yori.
Yori mengungkapkan, skema lain untuk mengatasi lonjakan keterisian yakni dengan menyiapkan konsep pra hospital. Yaitu semacam tempat transit untuk menunggu ruang perawatan di rumah sakit.
“Tujuannya untuk mentransit. Katakanlah ada 200 bed bisa dilayani observasi satu sampai 2 hari intinya sampai rumah sakit kosong,” dia menjelaskan.
Untuk pra hospital ini, Yori mengungkapkan, puskesmas dan klinik menjadi filter awal mendeteksi tingkat gejala yang diderita pasien. Jika tidak terlalu parah maka bisa dirawat di rumah dengan pantauan ketat oleh tim kesehatan puskesmas atau klinik.
“Strategi kedua disaring oleh puskesmas atau klinik, kalau gejalanya tidak terlalu berat maka dipantau dan isolasi mandiri di rumah. Jadi rumah sakit untuk yang betul-betul keadaan gawat yaitu kelompok bergejala kuning atau merah, atau bisa dimasukin dulu ke pra hospital yang kita buat,” katanya.***