Tingkat Literasi di Indonesia Rendah, DPR RI Sebut Orang Indonesia Lebih Suka Nonton Daripada Baca

- 21 Oktober 2020, 16:05 WIB
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf saat mengunjungi Perpustakaan Kabupaten Bandung, Rabu 21 Oktober 2020.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf saat mengunjungi Perpustakaan Kabupaten Bandung, Rabu 21 Oktober 2020. //BUDI SATRIA-PRFM

PRFMNEWS – Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menyatakan masyarakat Indonesia cenderung lebih suka menonton ketimbang membaca buku. Hal itu dibuktikan dengan angka literasi di Indonesia yang tidak lebih baik daripada menonton informasi yang ditayangkan.

Padahal Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf menyebut salah satu indikator pendidikan di dunia adalah literasi. Karenanya, angka membaca menjadi perhatian Komisi X DPR RI.

“Angka ini menjadi penting di dunia, karena parameter pendidikan di dunia salah satunya literasi membaca. Di Indonesia ini angka literasi membaca memang tidak terlalu tinggi, tapi angka menonton kita tinggi. Jadi orang Indonesia lebih suka menonton ketimbang membaca,” kata Dede saat kunjungan kerja ke perpustakaan Kabupaten Bandung, Rabu 21 Oktober 2020.

Baca Juga: Dede Yusuf Minta Perpustakaan di Daerah Manfaatkan Kondisi Pandemi Covid-19

Di samping itu, Dede menyebut angka kelulusan di Indonesia paling banyak didominasi lulusan SD dan SMP dengan 60%. Artinya, tingkat membaca buku masih rendah, sebab jika semakin tinggi jenjang pendidikan maka tingkat literasi semakin baik.

“Angka pendidikan kita ternyata 60% masih berorientasi pada tingkat SD, SMP. Artinya tingkat kelulusan, SMA/SMK hanya sekitar 20%; D3, D4, Sarjana itu hanya sekitar 8-10%. Karena kalau semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin banyak membaca,” ujarnya.

Menurutnya, ada tiga faktor yang membuat tingkat membaca di Indonesia rendah. Di antaranya, harga buku yang mahal, akses informasi yang sulit, hingga buku yang tidak berinovasi.

Baca Juga: Musim Penghujan, Harga Cabai Merah di Kota Bandung Meroket

“Ini menunjukan bahwa minat baca kita masih kurang, bisa karena buku masih mahal, akses informasi sulit, ketiga tidak ada terobosan mencetak buku yang membuat orang menjadi ingin membaca,” jelas Dede.

Halaman:

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x