PRFMNEWS - Aksi bullying atau perundungan masih menjadi masalah serius di berbagai negara. Di Korea Selatan, kejamnya perundungan bahkan diangkat menjadi series The Glory yang tayang di platform Netflix.
Fakta yang cukup miris adalah aksi bullying dalam The Glory rupanya dibuat berdasarkan kisah nyata yang pernah terjadi pada 2006 silam.
Di Indonesia sendiri, bullying kerap ditemukan di lingkungan sekolah dan rumah. KPAI mencatat, terdapat aduan dari 480 anak yang menjadi korban perundungan di sekolah selama periode 2016-2020.
Setiap tahunnya, kasus ini semakin meningkat kisaran 30-60 kasus. Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat kelima dalam kasus perundungan.
Jika dikelompokkan berdasarkan bentuk perundungannya, data PISA menunjukkan anak dan remaja di Indonesia mengalami 15 persen intimidasi, 19 persen dikucilkan, 22 persen
dihina, 14 persen diancam, 18 persen didorong sampai dipukul teman dan 20 persen
digosipkan kabar buruk.
Apa faktor yang memicu perundungan?
Paparan konten kekerasan di media sosial ditenggarai menjadi penyebab perundungan terjadi. Menurut KPAI, konten media sosial yang tidak tersaring membuat anak cenderung meniru aksi kekerasan dan penghakiman sosial seperti yang terjadi di dunia maya tersebut.