Persaingan Capres Pemilu 2024 Mengerucut ke 3 Nama Tapi Nama Moeldoko Bisa jadi Kuda Hitam, Menurut Riset LKP

- 8 Desember 2022, 18:20 WIB
Pemaparan Lembaga Klimatologi Politik (LKP) terkait hasil riset survei nama Capres Pemilu 2024.
Pemaparan Lembaga Klimatologi Politik (LKP) terkait hasil riset survei nama Capres Pemilu 2024. /TOMMY RIYADI/PRFMNEWS

PRFMNEWS - Persaingan bakal calon presiden (Capres) jelang Pemilu 2024 semakin mengerucut pada tiga tokoh papan atas dalam rating survei.

Mereka adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anis Baswedan. Elektabilitas para Capres papan tengah dan papan bawah cenderung stagnant. Namun sisa waktu 14 bulan sebelum pelaksanaan Pemilu 2024, masih memungkinkan terjadi kejutan dibuat oleh bakal capres papan tengah.

Salah satu tokoh yang berpotensi mejadi ‘kuda hitam’ adalah Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

Baca Juga: Aktivitas Perdagangan di Astana Anyar Belum Normal 100 Persen Pasca Serangan Bom

Demikian kesimpulan hasil riset terbaru yang dilakukan Lembaga Klimatologi Politik (LKP) pada tanggal 17 sampai dengan 29 November 2022 di 34 (tiga puluh empat) provinsi yang ada di seluruh Indonesia.

Populasi survei ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau belum 17 tahun tapi sudah menikah. Total sampel sebesar 1200 responden diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak bertahap (multi-state random sampling). Batas kesalahan (margin of error)+/- 2,83 persen dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan responden, dilaksanakan oleh tenaga terlatih dengan pedoman kuesioner. Survei LKP kali ini juga dilengkapi dengan riset kualitatif, khususnya guna menilai tingkat kelayakan seorang tokoh untuk menjadi seorang capres sekaligus calon pemimpin nasional.

Ketika LKP menanyakan kepada responden, siapakah yang akan dipilih jika pemilihan presiden (Pilpres) dilaksanakan saat ini, nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo paling banyak disebut.

Baca Juga: Banjir Terjang Kertasari, Sejumlah Motor Terbawa Arus Banjir

Selisih keterpilihan (elektabilitas) ketiga tokoh itu juga sangat tipis (masih jauh di bawah margin of error). Sebanyak 24,2 persen responden mengaku akan memilih Prabowo, lalu 23,7 persen menyebut nama Ganjar Pranowo, dan 22,9 persen menjatuhkan pilihan pada Anies Baswedan.

Secara metodologi sulit untuk menyimpulkan siapa yang menempati ranking tertinggi dalam survei LKP kali ini.

Di saat dukungan terhadap capres papan atas tersebut semakin terkonsolidasi, dinamika elektabilitas para capres papan tengah dan papan bawah menunjukkan kecenderungan stagnant.

Bahkan elektabilitas beberapa capres papan tengah, seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, dan Agus Harimurty Yudhoyono (AHY) memperlihatkan trend menurun. Berdasarkan hasil survei LKP, satu-satunya capres papan tengah dan papan bawah yang elektabilitas meningkat signifikan adalah KSP Moeldoko.

Pada survei-survei LKP sebelumnya tingkat elektabilitas Moeldoko tidak pernah mencapai angka 2 persen, sehingga ia selalu berada di papan bawah rating survei.

Namun dalam survei kali ini elektabilitas mantan Panglima TNI itu melesat menjadi 4,2 persen dan berhasil menyodok “lima besar” bakal capres 2024.

Baca Juga: BNPT Selidiki Kelompok Diduga Beri Bantuan pada Aksi Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar

Dengan demikian, Moeldoko menjadi satu-satunya capres papan tengah dan papan bawah yang paling moncer perkembangan elektabilitasnya. Sebab itu bukan tak mungkin Moeldoko dapat menjadi ‘kuda hitam’ yang mengejutkan jelang Pilpres 2024 nanti dan menggeser dominasi capres papan atas.

Secara Kuantitatif Layak Menjadi Capres

Secara kuantitatif meskipun telah meningkat pesat, tingkat elektabilitas Moeldoko belum cukup signifikan dibandingkan kandidat capres papan atas seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Namun secara kualitatif Moeldoko memiliki hampir semua kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin nasional. Sebab itu mantan Panglima TNI itu secara kualitatif layak untuk menjadi salah satu calon Presiden RI 2024-2029. Demikian salah satu kesimpulan dari riset kualitatif LKP.

LKP menetapkan 13 indikator kualitatif sebagai acuan kelayakan apakah seorang tokoh layak menjadi Presiden RI 2024-2029 atau tidak.

Indikator-indikator tersebut diantaranya latar belakang keluarga, prestasi belajar (pendidikan), pangkat kedinasan yang dicapai, aktivitas keorganisasian, jumlah penghargaan yang dicapai, tanggung jawab kerja, pemahaman empiris tugas, gagasan-gagasan besar, kontroversi dan lain-lain.

Dari 13 indikator tersebut, menurut kajian LKP, Moeldoko mencapai nilai tertinggi dalam 9 (sembilan) indikator, unggul dari semua tokoh yang namanya selalu mewarnai dan mendominasi survei kuantitatif.

Baca Juga: Kalender Pendidikan Kota Bandung Pada Semester 2 Tahun Ajaran 2022 - 2023

Khusus mengenai gagasan-gagasan besar untuk bangsa dan negara, menurut kajian LKP, Moeldoko merupakan salah satu tokoh yang komitmen kebangsaannya sangat konsisten. Mulai dari isu-isu integritas territorial, ancaman terorisme, radikalisme, keutuhan NKRI, toleransi beragama, hingga masalah character building bangsa, Moeldoko memiliki solusi yang dimata para pengamat selalu mengedepankan kepentingan nasional.

Direktur Eksekutif LKP Usman Rachman memaparkan, sebagai mantan Panglima TNI, komitmen kebangsaan Moeldoko sudah tidak diragukan lagi. Ia tidak pernah berpikir dan bertindak sektarian.

Dalam kapasitas sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko selalu hadir dengan gagasan yang solutif atas berbagai isu nasional yang menjadi keprihatinan publik luas.

"Mulai dari isu minyak goreng, kelangkaan pupuk, mahalnya harga-harga kebutuhan pokok, hingga kelangkaan lapangan kerja, Moeldoko selalu hadir dengan jalan keluar," ujar Usman.

Dengan kata lain, lanjut Usman, Moeldoko sangat responsif terhadap isu-isu nasional yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak.

Selama ini diskusi tentang calon presiden (Capres) di Republik ini selalu berbasis hasil survei kuantitatif yang dirilis oleh berbagai lembaga riset.

Menurut LKP, ini tidak salah mengingat survei adalah agregat pendapat rakyat, sementara capres akan dipilih langsung oleh rakyat.

"Namun seorang tokoh yang masuk papan atas rating survei kuantitatif bukan berarti secara kualitatif memenuhi kriteria sebagai pemimpin nasional," jelas Usman

Baca Juga: Ribuan Mahasiswa dan Guru Keagamaan Kota Bandung Dapat Bantuan Rp55 M, Yana Mulyana: Ini Salah Satu Ikhtiar

Banyak tokoh memperoleh tingkat elektabilitas yang signifikan di papan survei lebih karena kemampuannya memanfaatkan media sosial.

Usman mengatakan, tiidak ada salahnya selain menyandarkan pada riset kuantitatif (hasil survei), penentuan calon presiden untuk Pemilu 2024 juga mempertimbangkan aspek-aspek kualitatif dari kandidat Capres.

"Sudah saatnya pula lembaga-lembaga riset melakukan kajian-kajian kualitatif tentang capres 2024 dan merilisnya sebagaimana mereka merilis hasil-hasil survei kuantitatif yang selalu menjadi acuan partai politik maupun publik luas dalam memilih Capres," pungkasnya.***

Editor: Indra Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah