Wilayah kerja Herman sangat luas karena berupa kepulauan, sehingga tak sedikit pula kendala yang dihadapinya dalam menyalurkan bantuan, salah satunya adalah cuaca buruk.
Jika cuaca sedang tidak mendukung, Herman kesulitan menggunakan transportasi laut, akhirnya penyaluran bantuan harus tertunda.
Bahkan, kadang kala ia terpaksa untuk tidak pulang karena harus menginap sambil menunggu cuaca kembali membaik.
Baca Juga: BRI Siapkan Berbagai Diskon Tiket Nonton MotoGP Mandalika, Cek Lewat BRImo
“Kalau di laut, tergantung cuaca. Kalau cuaca buruk, saya terpaksa menunggu sampai cuaca bagus. Sampai kadang saya harus menginap,” tuturnya.
Untuk menyalurkan bantuan, ada dua transportasi yang biasa digunakan oleh Herman. Sepeda motor untuk menempuh jalur darat, dan perahu kecil bermesin untuk mobilitas antarpulau.
Selain itu, kendala lainnya adalah jaringan, misalnya Agen BRILink di pulau paling ujung yang harus beberapa kali naik perahu untuk datang ke Sula.
“Kartu mengalami disable, PIN terblokir. Kalau sudah begitu, mesti naik perahu dari kampung ke kecamatan. Dari kecamatan, nunggu kapal ke mari. Tiket perahu pulang pergi bisa Rp.500.000,- untuk perbaikan kartu,” ujarnya.
Kendati memiliki banyak tantangan, Herman mengaku sangat menikmati profesinya.
“Saya senang bisa menyalurkan bantuan di desa-desa, turun langsung di lapangan, dan melihat kondisi langsung masyarakat. Menyaksikan bagaimana mereka mendapatkan layanan dari kami,” katanya.
Kinerja apik dari Insan BRILian seperti Herman di wilayah-wilayah terpencil pun menjadi energi optimisme tersendiri bagi BRI.