Jokowi: Pembatalan UN Jadi Momentum Evaluasi Sistem Pendidikan

- 4 April 2020, 05:53 WIB
 PRESIDEN Jokowi saat melakukan telekonferensi kepada jajaran terkait dari Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis, 19 Maret 2020.*
PRESIDEN Jokowi saat melakukan telekonferensi kepada jajaran terkait dari Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis, 19 Maret 2020.* / Biro Pers Sekretariat Presiden Muchlis Jr

BANDUNG, (PRFM) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut dengan adanya pembatalan ujian nasional tahun 2020 merupakan momentum untuk merumuskan ulang sistem evaluasi standar dasar pendidikan dan menengan secara nasional. Ia mengatakan, ke depannya bisa saja mengacu pada standar yang dipakai secara internasional seperti dalam Program for International Student Assessment (PISA).

Hal itu disampaikan Jokowi saat memberikan pengantar pada rapat terbatas melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta, Jumat (3/4/2020).

”Apakah dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional hanya menggunakan UN atau kita juga bisa menggunakan standar yang dipakai secara internasional seperti PISA,” ujar Presiden Jokowi.

Baca Juga: Akibat Corona, Sensus Penduduk Online Diperpanjang Hingga 29 Mei 2020

Dikatakan Presiden, Indonesia telah ikut dalam survei PISA selama 7 putaran sejak tahun 2000 hingga 2018 dan survei PISA menunjukkan bahwa sistem pendidikan Indonesia telah berubah menjadi lebih inklusif, terbuka, dan meluas aksesnya selama 18 tahun terakhir.

”Namun, laporan yang saya terima skor rata-rata PISA tahun 2018 menurun di 3 bidang kompetensi dengan penurunan terbesar di bidang membaca. Kemampuan membaca siswa Indonesia dengan skor 371 berada di posisi 74, kemampuan matematika skornya 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71,” imbuh Presiden.

Menurut Jokowi, berdasarkan temuan survei PISA, bisa diketahui ada tiga permasalahan utama yang harus diatasi. Di antaranya, besarnya persentase siswa berprestasi rendah, meskipun Indonesia berhasil meningkatkan akses anak usia 15 tahun terhadap sistem sekolah, tapi masih diperlukan upaya lebih besar terhadap target siswa berprestasi rendah ditekan hingga berada di kisaran 15% sampai 20% di 2030.

Baca Juga: Pemkot Bandung Jadikan TPU Cikadut Khusus Pemakaman COVID-19

Kedua, adalah tingginya persentase siswa mengulang kelas, yaitu 16%. ”Angka ini 5% lebih tinggi dibandingkan rata-rata di negara-negara OECD,” imbuhnya.

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x