Bisa Tingkatkan Kualitas Pendidikan, Pengamat: Tidak Ada UN Jadi Dampak Positif Corona

- 27 Maret 2020, 06:40 WIB
SISWA yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sumatera Selatan menunjukkan poster bertuliskan "UN dihapus, Yess" pada aksi menolak ujian nasional di Bundaran Air Mancur Depan Masjid Agung Palembang, Kamis, 18 April 2019.*
SISWA yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sumatera Selatan menunjukkan poster bertuliskan "UN dihapus, Yess" pada aksi menolak ujian nasional di Bundaran Air Mancur Depan Masjid Agung Palembang, Kamis, 18 April 2019.* /ANTARA/

BANDUNG, (PRFM) – Pengamat Pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (Cerdas), Indra Charismiadji menilai langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk meniadakan Ujian Nasional (UN) pada tahun ini adalah langkah yang tepat. Di samping untuk mengurangi bertemunya orang yang cukup banyak, tiadanya UN juga disebut dapat salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Menurut Indra, sekarang ini kesempatan Indonesia untuk melakukan set ulang atau reset terhadap konsep pendidikan Indonesia. Ia menambahkan, salah satu penyebab buruknya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh konsep yang mengedepankan pada apa yang dipelajari bukan bagaimana cara belajar.

“Ini dampak positif dari pandemi ini kita bisa me-reset kondisi yang sudah bertahun-tahun berjalan dan yang menurut saya salah satu penyebab buruknya mutu pendidikan Indonesia dengan konsep yang seperti ini. Jadi ini sebuah langkah yang tepat, di samping kita harus menghindari berkumpulnya banyak orang,” kata Indra saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel, Kamis (27/3/2020).

Baca Juga: Lakukan Ini Agar Terhindar dari Stres Gara-gara Virus Corona

Sebagai langkah awal, dalam pembelajaran daring atau online guru-guru jangan kembali menerapkan dirinya yang tampil menerangkan bahan ajar, tapi mengarahkan pada murid untuk berpikir kreatif dengan menciptakan sesuatu.

Terlebih dalam forum ekonomi dunia disebut sebanyak 50% dari anak-anak yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar nantinya akan bekerja di bidang yang saat ini bidangnya pun belum ada. Sehingga alangkah lebih baik jika guru mengarahkan murid untuk menjadi pencipta kerja.

“Makanya sekarang daripada sekarang belajar yang aneh-aneh, guru masih ceramah, tugasnya yang aneh-aneh. Harusnya arahkan anak-anak untuk menjadi pencipta dan berkreasi,” ujar Indra.

Baca Juga: Belanja di Pasar Antri Tanpa Antre di Tengah Pandemi Corona? Yuk Belanja di Pasar Online Cimahi

Bahkan, lanjut Indra, organisasi pendidikan dan anak dunia yakni UNESCO menyebut pendidikan memiliki sedikitnya empat pilar. Di antaranya, belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan sesuatu, belajar untuk menjadi sesuatu dan belajar untuk hidup bersama.

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x