Pernah Jadi Toko Bunga dan Hotel, Ini Sejarah Singkat Gedung Museum Sumpah Pemuda di Jakarta

- 27 Oktober 2021, 11:23 WIB
Rumah Sie Kong Lian di Jalan Kramat Raya 106, kini mejadi Museum Sumpah Pemuda. (Inzet : Sie Kong Lian/Roemah Boedaya Surabaya/YouTube
Rumah Sie Kong Lian di Jalan Kramat Raya 106, kini mejadi Museum Sumpah Pemuda. (Inzet : Sie Kong Lian/Roemah Boedaya Surabaya/YouTube /Dok/Sudin Pusar Jakpus

PRFMNEWS – 28 Oktober 1928 menjadi tanggal bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal itu, para pemuda Indonesia dipersatukan di bawah satu napas cinta tanah air.

Hingga kini, setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Proses lahirnya hari bersejarah Sumpah Pemuda itu dapat Anda ketahui lebih lengkap saat mengunjungi Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat.

Di museum itu tersimpan benda-benda koleksi yang menjadi saksi sejarah panjang kemerdekaan Indonesia, salah satunya adalah momen Hari Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Sejarah Singkat Lahirnya Hari Sumpah Pemuda dan Teks Sumpah Pemuda 28 Oktober

Museum Sumpah Pemuda awalnya adalah sebuah rumah tinggal berarsitektur Belanda milik Sie Kong Liang. Sejak 1908 menjadi sebuah gedung untuk pelajar Stovia (Sekolah Kedokteran), waktu itu masih bernama Gedung Kramat.

Tempat ini juga sempat disewakan untuk rumah tinggal pelajar (indekost) dan tempat berkumpul mereka yang dikenal dengan Commensalen Huis.

Beberapa pelajar yang tinggal di rumah tersebut (Gedung Kramat) adalah Sugondo Djojopoespito (Ketua Kongres Pemuda II), Muhammad Yamin (perumus naskah atau ikrar Sumpah Pemuda) dan Partai Komunis Indonesia, Amir Syarifuddin (Bendahara Kongres Pemuda II).

Baca Juga: Tinggal Klik! Ini 13 Link Twibbon Hari Sumpah Pemuda 2021 yang Keren untuk Posting di Media Sosial

Hingga pada 1927, Gedung Kramat digunakan sebagai sekretariat Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) dan majalah Indonesia Raya milik organisasi pelajar se-Indonesia tersebut. Sejak saat itulah Gedung Kramat berubah nama menjadi Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

Pada 15 Agustus 1928, gedung ini diputuskan menjadi tempat diselenggarakannya Kongres Pemuda Kedua.

Kongres tersebut berlangsung pada Oktober 1928. Soegondo Djojopuspito selaku Ketua PPPI kala itu, terpilih sebagai Ketua Kongres dan dihadiri oleh lebih dari 700 pemuda dari seluruh Tanah Air. Keputusan hasil kongres itulah yang kini dikenal sebagai Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Baca Juga: 5 Wakil Indonesia Pastikan Diri Lolos ke 16 Besar French Open 2021

Peristiwa penting di dalam museum ini pada 28 Oktober 1928 menjadi awal dari pergerakan pemuda dalam mendapatkan kemerdekaan.

Dalam perkembangannya, pada 1934 – 1937 gedung ini sempat disewakan ke Pang Tjem Jam sebagai tempat tinggal pribadi.

Seiring berjalannya waktu, gedung ini sempat beralih fungsi sebagai toko bunga milik Loh Jing Tjoe (1937 – 1948) hingga menjadi Hotel Hersia (1948 – 1951).

Gedung ini juga pernah dijadikan Kantor Inspektorat Bea dan Cukai pada 1951 – 1970. Hingga barulah pada 3 April 1973, gedung sebagai cikal bakal Museum Sumpah Pemuda ini dipugar oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta dan selesai pada 20 Mei 1973.

Baca Juga: Pemerintah Berencana Suntikkan Vaksin Booster Pada Awal Tahun 2022

Setelah dipugar, Gedung Kramat 106 tersebut dijadikan Gedung Sumpah Pemuda karena sudah secara resmi mendapat pengakuan dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, tepatnya pada 20 Mei 1973. Setahun kemudian, Gedung Sumpah Pemuda kembali diresmikan oleh Presiden RI ke-2, Soeharto.

Tepat pada 1979, perawatan dan pengelolaan Gedung Sumpah Pemuda diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pemda DKI Jakarta. Dari semua pengelolaannya secara utuh dipindahkan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga. Hingga akhirnya, pada awal tahun 2012, Museum Sumpah Pemuda dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah