Respons Ceramah Gus Miftah soal Larangan Pakai Speaker Masjid, Kemenag: Jangan Asbun, Pahami Aturannya

12 Maret 2024, 13:30 WIB
Ilustrasi pengeras suara /Muhammad Khusyair/Antara

PRFMNEWS – Kementerian Agama (Kemenag) meluruskan pernyataan Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah saat ceramah di Bangsri, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa hari lalu yang mengkritisi surat edaran (SE) Menteri Agama (Menag) terkait imbauan menggunakan speaker dalam di masjid atau mushola selama Ramadhan.

Kemenag menyebut Gus Miftah gagal paham lantaran membandingkan imbauan penggunaan speaker dalam masjid atau mushola saat Tadarus Al-Qur’an di bulan Ramadhan dengan acara dangdutan yang menurut pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman itu tidak dilarang bahkan hingga jam 01.00 pagi.

“Gus Miftah tampak asbun (asal bunyi) dan gagal paham terhadap surat edaran tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musala. Karena asbun dan tidak paham, apa yang disampaikan juga serampangan, tidak tepat,” tegas Juru Bicara Kemenag Anna Hasbie di Jakarta, Senin 11 Maret 2024, dikutip prfmnews.id dari laman resmi Kemenag.

Anna pun mengingatkan agar Gus Miftah memahami terlebih dahulu isi dari aturan penggunaan pengeras suara yang tertuang dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor SE. 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, sebelum mengkritik imbauan tersebut.

Baca Juga: Heboh Isu Larangan Penggunaan Speaker untuk Ngaji dan Tarawih, Kemenag Beri Penjelasan yang Sebenarnya

“Sebagai penceramah, biar tidak asbun dan provokatif, baiknya Gus Miftah pahami dulu edarannya. Kalau nggak paham juga, bisa nanya agar mendapat penjelasan yang tepat. Apalagi membandingkannya dengan dangdutan, itu jelas tidak tepat dan salah kaprah,” ungkap dia.

Anna menjelaskan, tujuan Kemenag menerbitkan SE tersebut sejak 18 Februari 2022 adalah dalam rangka mewujudkan ketentraman, ketertiban, dan kenyamanan bersama dalam syiar di tengah masyarakat yang beragam, baik agama, keyakinan, latar belakang, dan lainnya.

Edaran ini mengatur tentang penggunaan pengeras suara dalam dan pengeras suara luar. Salah satu poin edaran tersebut mengatur agar penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan, baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, Ceramah/Kajian Ramadan, dan Tadarus Al-Qur'an menggunakan pengeras suara dalam.

“Edaran ini tidak melarang menggunakan pengeras suara. Silakan Tadarus Al-Qur'an menggunakan pengeras suara untuk jalannya syiar. Untuk kenyamanan bersama, pengeras suara yang digunakan cukup menggunakan speaker dalam,” terangnya.

Baca Juga: Menag Yaqut: KUA Akan Layani Pernikahan Semua Agama, Aula Bisa untuk Ibadah Semua Agama

“Ini juga bukan edaran baru, sudah ada sejak 1978 dalam bentuk Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor Kep/D/101/1978. Di situ juga diatur bahwa saat Ramadan, siang dan malam hari, bacaan Al-Qur'an menggunakan pengeras suara ke dalam,” imbuh dia.

Anna menambahkan, edaran ini dibuat tidak untuk membatasi syiar Ramadan. Giat tadarus, tarawih, dan qiyamul-lail selama Ramadan sangat dianjurkan. Penggunaan pengeras suaranya saja yang diatur, justru agar suasana Ramadan menjadi lebih syahdu.

"Kalau suaranya terlalu keras, apalagi antar masjid saling berdekatan, suaranya justru saling bertabrakan dan menjadi kurang syahdu. Kalau diatur, insya Allah menjadi lebih syahdu, lebih enak didengar, dan jika sifatnya ceramah atau kajian juga lebih mudah dipahami,” tandasnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler