Takjub dan Kritis, Cara Siswa-siswi Ini Ungkap Rasa Nasionalisme Dalam Diskusi Bareng ILNAS

12 Maret 2021, 22:40 WIB
Sebanyak 100 pelajar dari SMPN 5 Depok mengikuti acara Roadshow to School 2021 yang digelar ILNAS pada Jumat 12 Maret 2021 /dok ILNAS

PRFMNEWS - Beragam komentar dan pertanyaan dilontarkan siswa-siswi SMPN 5 Depok yang baru saja selesai menonton film pendek tentang Serangan Umum 1 Maret 1949.

Banyak dari mereka yang merasa takjub, merinding, hingga bertanya-tanya berbagai hal dari Indonesia. Film itu memang ditayangkan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme para peserta pelajar.

"Saya merinding melihat rakyat kompak (melawan Belanda) di film itu. Film itu membuat saya semakin ingin lebih mencintai Indonesia.  Caranya melihat sejarah para pahlawan," ungkap Ayeesha Kanzazka Meotoosu, salah seorang pelajar SMPN 5 Depok.

Baca Juga: Mendikbud Izinkan Sekolah Dibuka pada Bulan Juli, Disdik Jabar Masih Tunggu Petunjuk Teknis yang Lengkap

Baca Juga: Enam Literasi Dasar yang Harus Anda Ketahui

Begitu pula pelajar lainnya, Lulu Nur Fadhilah Mumtazah dan Muhamad Iqbal Saputra yang merasa takjub dan ingin membanggakan Negara Indonesia dengan cara berprestasi.

Itu hanyalah tiga dari puluhan komentar lain yang muncul di acara Roadshow to School 2021 yang digelar daring oleh Institut Literasi Nasionalisme (ILNAS) pada Jumat 12 Maret 2021.

ILNAS adalah komunitas yang bergerak di bidang literasi yang misinya mengajak anak-anak bangsa menggerakan literasi, terutama Literasi Nasionalisme.

Baca Juga: Sekolah di Kota Bandung KBM Tatap Muka Juli? Ini Syarat yang Harus Dipenuhi Sekolah

Topik Roadshow to School kali ini membahas "Kupas tuntas nilai-nilai nasionalisme pada peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta". Acara diikuti 100 orang peserta pelajar dari SMPN 5 Depok.

Acara dibuka oleh Direktur Eksekutif ILNAS Dr Wahidah R Bulan, serta sambutan dari Kepala SMPN 5 Depok Ety Kuswandarini, M.Pd., serta Kadis Kesbangpol yang diwakili Kasi Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Diah Haerani S.Pd.

Dipandu moderator Sekjen ILNAS, Eni Saeni, kegiatan ini menampilkan pembicara tunggal dari ILNAS Dr Wahidah R Bulan yang menyajikan Kupas Tuntas Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.

Baca Juga: Viral Guru Sukabumi Unggah Jalan Rusak di Medsos, DPRD Jabar: Saya Kira Wajar

Bulan menuturkan, ILNAS yang didirikan 22 Desember 2019 ini memiliki semangat membangkitkan nasionalisme di kalangan pelajar. Sebab berdasarkan penelitian, masalah nasionalisme masih terjadi di kalangan pelajar.

“Pelajar masih mencari identitas, pedoman dan pegangan, padahal  pada saat yang sama diserbu tsunami informasi,” ucapnya.

Menurutnya, ada informasi yang berbeda dan bertentangan dengan nilai-nilai non pancasila. Mereka para pelajar perlu teman dan sahabat. ILNAS akan menjadi sahabat para pelajar dan mahasiwa untuk mencari identitas sebagai pelajar Indonesia, untuk meningkatkan nasionalisme dan mencintai Indonesia.

Baca Juga: Kasus Guru Dimarahi Aparat Desa di Sukabumi Gegara Posting Jalan Rusak, Berakhir Damai

"Nasionalisme harus ditanamkan sejak anak. Contoh Jepang, mereka unggul menjadi dan mencintai negaranya. Pananaman karakter menjadi Jepang sudah ditanamkan sejak kecil. Yaitu, mereka tertib, menjaga kebersihan, cinta negeri sejak kecil," jelasnya.

Sementara Kasi Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Diah Haerani S.Pd., menyebutkan, program Roadshow to School ini salah satu cara menumbuhkan kecintaan kita pada negara melalui literasi.

“Sehingga ke dalam diri peserta akan terinstal info yang baik dan benar. Terlebih lagi, (lewat literasi) anak didik bisa mengeskplor pengetahuan,” ujarnya.

Kepala Sekolah SMPN 5 Depok Ety Kuswandarini menilai, film Serangan Umum 1 Maret 1949 memberi inspirasi pada anak-anak yang sering melupakan sejarah, bagaimana pahlawan berjuang sehingga kita bisa begini sekarang.

Baca Juga: Dinilai Melempem, DPRD Dorong Bandung Smart City Aktif Kembali

Baca Juga: Libur Isra Miraj, Traffic Penumpang di Bandara Husein Sastranegara Melonjak 40 Persen

Diharapkan dengan kegiatan ini maka para pelajar bisa lebih membentuk karakter nasionalisme dan lebih mencintai Tanah Air.

Selain tiga pelajar di atas, beberapa pertanyaan kritis lain juga muncul seperti diungkapkan Aida Rachmawati 'Kenapa Indonesia tak maju seperti negara lain padahal Indonesia kaya?'. Sementara Nasya Rizqi Ramadhani mempertanyakan 'Kenapa Singapura lebih maju dari Indonesia padahal Singapura pernah mengalami kemiskinan, padahal Indonesia lebih banyak sumber daya alam dan mempunyai penambang emas terbesar di Indonesia?'

Zia Farhatan, menanyakan 'Kenapa sekarang ini masyarakat Indonesia sangat gampang diprovokasi?  Bahkan ada yang bertanya di luar topik yang sedang dibicarakan'. Begitu juga yang ditanyakan Dedy Swandy Nainggolan 'Bolehkah pelajar belajar politik?'

Film pendek tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 menceritakan peristiwa serangan Belanda ke Indonesia melalui Agresi Militer II pada 19 Desember 1948 (mengkhianati perjanjian damai Renville dengan melancarkan Agresi). Kondisi Ibu Kota  kacau, banyak korban sipil dan militer berjatuhan, dan Yogjakarta yang saat itu menjadi Ibu Kota Negara jatuh ke tangan Belanda.

Presiden, Wakil Presiden, dan kabinet tidak dapat berbuat banyak. Presiden dan Wapres diasingkan oleh Belanda.

19 Desember 1948 bangsa Indonesia menghadapi situasi genting yang memaksa perpindahan Ibu Kota negara dari Yogyakarta ke Bukittinggi dengan membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Akhirnya TNI  bersama laskar dan rakyat melakukan Operasi Gerilya Rakyat Semesta untuk mengambil alih Yogjakarta. Belanda berhasil dilumpuhkan. Dan 50 pemuda laskar gerilya gugur di medan perang dan dimakamkan di dekat Stasiun Tugu Yogyakarta.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler