Mengenal Anemia Aplastik, Gangguan Kesehatan yang Mengancam Nyawa

10 April 2024, 21:00 WIB
Idap Penyakit Langka Anemia Aplastik, Babe Cabita Buat Wasiat untuk Sang Istri /Instagram / babecabita

PRFMNEWS - Komika Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa 9 April 2024. Sebelum meninggal dunia, Babe Cabita dikabarkan mengidap anemia aplastik.

Apa sebenarnya anemia aplastik? Apa saja penyebab seseorang bisa terkena anemia plastik? Serta apa saja gejala seseorang yang telah terkena anemia aplatik?

Praktisi Kesehatan Masyarakat, dr. Ngabila Salama mengungkapkan, anemia aplastik merupakan kondisi seseorang yang mengalami kegagalan sumsum tulang belakang untuk mereproduksi tiga jenis sel.

Baca Juga: Komedian Babe Cabita Meninggal Dunia

“Ketiga sel itu meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit),” ujarnya seperti dikutip prfmnews.id dari ANTARA.

Menurut Ngabila, ada beberapa penyebab seseorang terkena anemia aplastik, di antaranya penyakit tersebut bisa didapat dari adanya keturunan genetik atau didapat selama hidup karena penyakit menular atau tidak menular, efek kemoterapi dan radioterapi pada kanker, autoimun, konsumsi obat-obatan atau zat kimia dan infeksi lainnya.

Namun, potensi seseorang terkena anemia aplastik amatlah jarang.

Baca Juga: Babe Cabita Meninggal Dunia Saat Jalani Perawatan di Rumah Sakit

“Kondisi ini sangat jarang, kurang dari 15.000 orang per tahunnya di Indonesia atau lima kasus per 100.000 penduduk sehingga sulit dikenali gejalanya,” ujar Ngabila.

Penderita anemia aplastik disebut mengalami gejala seperti mudah merasa lemah, letih, lesu, lambat berfikir, dan loyo akibat kurangnya sel darah merah. Kemudian mudah sakit dan terkena infeksi menular seperti batuk pilek dan diare karena sel darah putih yang tidak cukup memberi proteksi pada tubuh.

Gejala lain yang dirasakan karena kekurangan keping darah yaitu mudah mengalami memar, muncul lebam kebiruan pada kulit bahkan saat tidak mengalami benturan dengan sebab yang jelas hingga sering mimisan.

Baca Juga: Kasus Flu Singapura di RI Naik, Kenali Cara Penularan dan Pencegahan Penyakit ini Menurut Kemenkes

Ngabila menyarankan agar penyakit tersebut tidak menyebabkan perburukan gejala, masyarakat segera melakukan deteksi dan mengakses pengobatan secara dini. Skrining kesehatan dapat dilakukan secara berkala per enam bulan sekali.

Salah satu contoh program deteksi dini yang diberikan pemerintah secara gratis yaitu program calon pengantin yang mencakup pemeriksaan darah kedua calon dan pemeriksaan ibu hamil.

Sementara pada anak-anak dengan riwayat keturunan kanker seperti kanker darah atau autoimun, dianjurkan untuk melakukan skrining darah secara berkala enam atau 12 bulan sekali dengan pemeriksaan hematologi lengkap, bahkan sesuai anjuran dokter bisa jadi diperiksakan bone marrow puncture dan Red Blood Cell Distribution Width (RDW) untuk mengukur kisaran ukuran sel darah merah.***

Editor: Indra Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler