Rencana Lama, Ini Penyebab Reaktivasi Jalur KA Bandung-Ciwidey dan Banjar-Pangandaran Masih Tertunda

- 6 Maret 2024, 17:00 WIB
Ilustrasi. Wacana reaktivasi jalur kereta api Bandung-Ciwidey dan Banjar-Pangandaran dikemukakan Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin.
Ilustrasi. Wacana reaktivasi jalur kereta api Bandung-Ciwidey dan Banjar-Pangandaran dikemukakan Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin. /Pikiran Rakyat/ Vienasella Sriputri

PRFMNEWS – Rencana reaktivasi jalur mati kereta api (KA) rute Bandung-Ciwidey dan Banjar-Pangandaran kembali mencuat pada tahun 2024 usai Pj Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin mengusulkan hal tersebut ke Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Beberapa hari lalu kami sudah mengusulkan ke Dirjen Perkeretaapian (Kemenhub) jalur kereta api Banjar-Pangandaran dan Bandung-Ciwidey. Kami minta tinjauan apakah memungkinkan direaktivasi," ujar Bey Machmudin di Kota Bandung, Jumat 1 Maret 2024.

Upaya reaktivasi jalur rel KA non aktif rute Banjar-Pangandaran dan Bandung-Ciwidey sebenarnya sudah lama direncanakan DJKA Kemenhub. Bahkan rencana mengaktifkan kembali jalur Banjar-Pangandaran sudah diutarakan sejak 2014 oleh Dirjen Perkeretaapian kala itu, Hermanto Dwiatmoko.

Baca Juga: Perjalanan Kawanan Monyet Liar dari Kota Bandung kini Sudah Sampai di Kabupaten Bandung

“Kemenhub akan melakukan reaktivasi jalur rel seleksi sesuai kebutuhan dan jika ada permintaan mendesak dari pemerintah daerah. Untuk jalur kereta mati di Jawa Barat ada jalur Majalengka-Sumedang, Dayeuhkolot-Banjaran, dan Banjar-Pangandaran,” kata Hermanto di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Rabu 12 Maret 2014, dikutip prfmnews.id dari laman resmi Kemenhub.

Lalu pada 2019 di kala kepemimpinan Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan Pemerintah terus berupaya mengaktifkan kembali jalur mati KA di berbagai provinsi termasuk Jawa Barat seperti Cibatu-Garut-Cikajang, Cianjur-Padalarang, Bandung-Ciwidey, Rancaekek-Tanjungsari-Kertajati, dan Banjar-Pangandaran-Cijulang.

"Ini merupakan program dari PT KAI. Reaktivasi Cibatu ke Garut ini adalah tahap pertama untuk melanjutkan reaktivasi jalur KA selanjutnya. Jadi bukan terbatas di Garut saja, tetapi juga ada yang di Cianjur, ada yang di Pangandaran, dan sebagainya," ujar Menhub dalam acara kunjungan kolaborasi bersama tiga kementerian dan lembaga lainnya di Garut, Jumat 24 April 2019.

Baca Juga: Begini Penjelasan KAI soal Reaktivasi Jalur Kereta Bandung-Ciwidey dan Banjar-Pangandaran

Menhub Budi Karya menjelaskan untuk program pendanaan reaktivasi jalur KA non aktif berasal dari APBN, PT KAI, serta Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Menurutnya, reaktivasi jalur KA Bandung-Ciwidey dan Banjar-Pangandaran butuh waktu lebih lama karena adanya proses pembebasan lahan yang berkaitan pula dengan pendanaan.

"Yang perlu banyak waktu pengerjaan memang Ciwidey, Kertajati, Pangandaran, karena beberapa dibutuhkan pembebasan tanah. Kita harapkan program ini akan berlangsung satu sampai 5 tahun,” terangnya kala itu.

Kemudian pada 2019 pula, PT KAI menyatakan mulai memetakan jalur rel non aktif Banjar-Pangandaran sebagai persiapan reaktivasi. Pemetaan jalur itu untuk melihat kondisi rel lama, termasuk kondisi jembatan apakah masih bisa digunakan atau perlu diperbaiki agar lebih kuat.

Baca Juga: Update Posisi Kawanan Monyet di Bandung, Sudah Sampai Kampus 2 UIN Bandung

Selain itu, KAI juga perlu mendata jumlah rumah warga dan bangunan lain yang harus ditertibkan, termasuk jumlah pohon yang harus ditebang sehingga dapat dilakukan tindakan tepat dalam rencana reaktivasi pada jalur mati itu.

"Banjar-Pangandaran sedang dilakukan pemetaan jalur lamanya. Pemetaan itu supaya tahu jumlah keluarga yang harus dilakukan penggantian dan berapa pohon di sana, jembatan juga diperiksa," kata Direktur Utama KAI Edi Sukmoro saat uji coba jalur KA Cibatu-Wanaraja di Kabupaten Garut, Kamis 3 Oktober 2019, dikutip prfmnews.id dari ANTARA.

Edi mengungkapkan, KAI kala itu juga sedang memeriksa empat terowongan peninggalan zaman Belanda di jalur rel antara Stasiun Banjar menuju Stasiun Pangandaran apakah dalam kondisi masih layak digunakan atau perlu diperkuat konstruksinya.

"Ada empat terowongan Banjar-Pangandaran karena dibangun sejak zaman Belanda, itu bukan hambatan tapi sedang diperiksa apakah bisa digunakan atau diperkuat," ujar Edi.

Baca Juga: Harap Sabar, Exit Tol KM 149 Gedebage Dibuka Lagi Akhir 2024, Ketua DPRD Kota Bandung Ungkap Alasannya

Teranyar, KAI Daop 2 Bandung memastikan mendukung rencana reaktivasi jalur KA Bandung-Ciwidey dan Banjar-Pangandaran sesuai usulan Bey Machmudin.

Manajer Humas KAI Daop 2 Bandung Ayep Hanapi mengatakan kini pihaknya menunggu respons dari DJKA Kemenhub selaku pengambil kebijakan terkait hal tersebut.

Selain menunggu keputusan dari DJKA Kemenhub, Ayep menyebut KAI Bandung selanjutnya juga masih menunggu kejelasan pihak yang bisa mengeksekusi usulan reaktivasi dua jalur kereta api non aktif tersebut.

"Kami ini operator. Atas usulan dari Pak Pj Gubernur Jabar, kami posisinya mendukung dan menanti arahan dari Kementerian Perhubungan dalam hal ini Ditjen KA sebagai regulator. Kami siap mendukung nantinya dengan pola-pola operasi yang disiapkan demi memperlancar proyek yang dikerjakan," ucap Ayep di Bandung, Senin 4 Maret 2024.

Baca Juga: FOTO Pemadaman Kabaran Kedai Mie di Jalan Cibadak Kota Bandung

Ayep memaparkan, di kedua rute jalur yang telah berpuluh tahun nonaktif tersebut telah mengalami berbagai perubahan. Untuk itu pihaknya perlu waktu kembali guna melakukan inspeksi dan analisis mendalam seiring mencuatnya lagi rencana reaktivasi tersebut.

Dari data sementara yang diterimanya diketahui bangunan dinas perkeretaapian antara Banjar-Pangandaran dan Bandung-Ciwidey, masih ada dengan kondisi beragam, mulai dari yang rusak sampai dimanfaatkan pihak lain dengan mekanisme sewa.

Untuk kondisi jalur lintas Banjar-Pangandaran dan Bandung-Ciwidey yang menggunakan rel ukuran R25, imbuhnya, sebagian masih terlihat namun kebanyakan telah tertutup termasuk oleh aspal menjadi jalan.

Baca Juga: Jalan Tol Baru Bakal Dibangun di Bandung, Menteri PUPR: untuk Mengatasi Macet di Bandung

Dia mengungkapkan pula kondisi empat terowongan di jalur KA Banjar-Pangandaran yakni Batulawang, Hendrik, Juliana dan Wilhelmina hingga kini masih berdiri kokoh.

"Untuk terowongan Hendrik malah jadi akses jalan warga (mobil bisa masuk)," ucapnya.

Panjang lintasan rel kereta relasi Banjar-Pangandaran yaitu 82 km mulai dari Stasiun Banjar berakhir di Stasiun Cijulang memiliki banyak jembatan dan terowongan. Jalur ini ditutup total pada 1 Februari 1982 karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum.

Sementara, jalur kereta api non aktif Bandung-Ciwidey berjarak 40 kilometer yang dalam kisahnya, dulu jalur tersebut digunakan untuk mengangkut hasil bumi dari Bandung selatan ke Stasiun Bandung dan Jakarta (Batavia).***

Editor: Indra Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x