BMKG Sebut Gempa Pangandaran Terjadi Akibat Aktivitas Lempeng Indo-Australia

- 19 Mei 2020, 19:14 WIB
ilustrasi gempa.
ilustrasi gempa. /PRFM

BANDUNG,(PRFM) – Gempa bumi magnitude 4,8 mengguncang perairan Samudera Hindia di selatan Jawa dan dekat Pangandaran terjadi pada Selasa (19/5/2020) sekitar pukul 17.00 WIB.

Analisa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisi (BMKG) menunjukkan gempa bumi tersebut terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dan tidak memiliki potensi tsunami.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menujam di bawah Lempeng Eurasia," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dilansir dari ANTARA, Selasa.

Baca Juga: Anggota DPR Apresiasi Realisasi Program Kartu Prakerja

Menurut BMKG, gempa yang terjadi 82 kilometer (km) barat daya Pangandaran di Jawa Barat itu memiliki episenter di kedalaman 60 km dengan mekanisme naik atau thrust fault.

Sebelumnya, BMKG memperkirakan gempa tersebut berkekuatan M 5,2 dan kemudian diperbarui menjadi M 4,8.

Triyono juga menegaskan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Guncangan akibat gempa itu dirasakan di daerah Kabupaten Sukabumi dengan skala kekuatan III-IV MMI yang dirasakan ketika banyak orang berada dalam satu rumah.

Baca Juga: Lewat Program #Sauyunan, Persib Serahkan Bantuan APD kepada Gubernur Jabar

Selain itu, Tasikmalaya, Sukabumi, Ciamis juga merasakan getaran di dalam rumah dengan tingkat III MMI.

Getaran nyata juga terasa di daerah Parongpong, Puncak, Cisarua, Sagaranten, Kabupaten Bandung dan Cilacap dengan tingkat II MMI. Belum ada laporan dampak kerusakan akibat gempa tersebut yang dilaporkan kepada pihak berwajib.

Sampai dengan pukul 18.00 WIB, hasil pengawasan BMKG menunjukkan tidak ada aktivitas gempa susulan.

BMKG mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan mencari informasi dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Baca Juga: Hingga 19 Mei, Pasien Sembuh COVID-19 di Indonesia Berjumlah 4.467 Orang

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menghindari bangunan yang retak dan memastikan bangunan tidak mengalami kerusakan atau stabil sebelum masuk kembali ke dalam rumah.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x