Corona dan Perang Dagang Amerika-Cina Sebabkan Pertumbuhan Ekonomi Jabar Merosot

- 17 Mei 2020, 10:34 WIB
Ilustrasi krisis ekonomi.
Ilustrasi krisis ekonomi. //Pixabay

BANDUNG,(PRFM) - Kepala Divisi Stabilisasi Ekonomi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Provinsi Jawa Barat, Rachmat Taufik Garsadi mengatakan kondisi perekonomian industri di Jawa Barat mengalami tekanan hebat pasca adanya pandemi Covid-19.

Menurut Rachmat akibat pandemi Corona, pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat merosot. Ia mengatakan, kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan terutama di sektor industri pengolahan.

"Industri pengolahan ini baik data dari BI (Bank Indonesia) maupun OJK (Otoritas Jasa Keuangan) di triwulan I mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi 1,8 persen dibanding triwulan IV tahun 2019 diangka 2,08 persen, ini cukup menurun. Apalagi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, laju pertumbuhan industri pengolahan yang mencapai 4,6 persen," kata Rachmat saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Minggu (17/5/2020).

Baca Juga: Produser Sangsi Johnny Depp Kembali ke Pirates of the Caribbean

Rachmat mengatakan, tekanan terhadap perekonomian di Jawa Barat bukan hanya karena adanya pandemi. Menurutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina di akhir tahun lalu juga menjadi salah satu penyebabnya.

"Perang dagang Amerika dan Cina ini menjadi tekanan cukup berat, karena sebagian besar industri manufaktur kita sangat tergantung bahan baku dari Cina, seperti produk tekstil, elektronik, otomotif, cukup dalam tekanannya," kata Rachmat.

Memang dengan adanya Covid-19, beberapa perusahaan yang bergerak di industri tekstil mengalihkan usahanya untuk memproduksi alat pelindung diri (APD), namun pangsa pasarnya dibawah 10%.

"Walaupun APD memasok seluruh Indonesia dan ada permintaan ekspor, tapi pangsa pasarnya dibawah 10%," lanjutnya.

Baca Juga: Gelar Ritual Kawalu, Hingga Saat Ini Warga Badui Terbebas dari Corona

Tak hanya itu, Covid-19 juga berdampak pada sektor pariwisata di Jawa Barat. Akibatnya kata Rachmat, semua tempat wisata ditutup dan berdampak pada dirumahkannya karyawan.

Selain berdampak pada dirumahkannya karyawan, penutupan objek wisata ini juga berdampak terhadap menurunnya daya beli masyarakat.

"Tidak biasanya pariwisata ini cukup terdampak, terutama dari wisata nusantara, ini cukup berat. Dari sektor wisata ini tidak hanya berdampak pada karyawan yang dirumahkan, tapi juga terhadap daya beli," kata Rachmat.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x