[Bagian 2] Bandara Nusawiru, Hidup Segan Mati Pun Enggan : Merpati (Pernah) Mendarat di Nusawiru

5 April 2021, 11:26 WIB
Menteri Perhubungan RI tahun 1996, Hariyanto Dhanutirto, didampingi Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana, dan Bupati Ciamis, Dedem Ruchlia, usai meresmikan Bandara Nusawiru Cijulang. /HO/Dokumentasi Bandara Nusawiru

PRFMNEWS - Bandara Nusawiru merupakan salah satu lapangan terbang untuk jenis pesawat kecil yang ada di Jawa Barat, selain Bandara kecil lainnya di Tasikmalaya, dan di Bogor. Namun kedua bandara itu (lebih sering di sebut lapangan udara) merupakan bandara sekaligus pangkalan TNI Angkatan Udara. Dengan kata lain, bandara non komersil.

Saat awal diresmikan pada tahun 1996 silam, Nusawiru memang sudah diproyeksikan untuk melayani rute peberbangan komersil pesawat berbadan kecil yang bertujuan untuk wisata ke kawasan Pangandaran.

Nusawiru sendiri memiliki landasan pacu sepanjang 1.400 meter dengan lebar 30 meter. Dimensi landasan pacu seperti ini sudah cukup untuk jenis pesawat ATR 72.

Baca Juga: [Bagian 1] Bandara Nusawiru, Hidup Segan Mati Pun Enggan

Untuk diketahui, ATR 72 adalah pesawat penumpang regional jarak pendek bermesin twin-turboprop, yang dibangun perusahaan pesawat Prancis-Italia ATR. Pesawat ini memiliki kapasitas hingga 78 penumpang dalam konfigurasi kelas tunggal, dan dioperasikan oleh dua kru penerbang.

Selain landasan pacu yang mumpuni, juga didukung Apron atau pelataran pesawat dengan dimensi panjang 300 meter dan lebar 60 meter, yang digunakan sebagai tempat parkir pesawat terbang.

“Dengan Apron tersebut, 3 pesawat ATR masih leluasa parkir di Nusawiru. Untuk jenis Cessna dan Caravan (pesawat kecil) bahkan bisa menampung 8-10 pesawat,” jelas Kepala Bandara Nusawiru, Hendra Gunawan, saat ditemui di Nusawiru, Minggu 4 April 2021.

Baca Juga: Bolehkah yang Divaksin Covid-19 Donor Darah? ini Penjelasan PMI

Nusawiru sendiri diresmikan bulan Agustus 1996, namun tidak serta merta beroperasi karena situasi politik Indonesia saat itu mulai memanas hingga puncaknya saat reformasi 1998.

Sempat terhenti pasca reformasi, Nusawiru akhirnya resmi menerima pendaratan pesawat penumpang komersil pertamanya pada Oktober 2004. Merpati menjadi maskapai penerbangan pertama yang mendarat di Nusawiru dengan pesawat CN 235 Tetuko buatan PT Dirgantara Indonesia (DI).

“Waktu itu, dengan jumlah penumpang kira-kira 80 persen dari kapasitas maksimal pesawat sebanyak 35 kursi penumpang. Tiketnya kalau tidak salah 350 ribu dari Halim (Bandara Halim Perdanakusumah), transit di Husein Sastranegara, lalu langsung ke Nusawiru,” ungkap Hendra.

Baca Juga: Tindakan Lukas Enembe yang Masuk Papua Nugini Lewat Jalur Ilegal Adalah Salah Meski untuk Berobat

Baca Juga: Meski Ada Kepadatan di Beberapa Titik, Kakorlantas Pastikan Arus Lalu Lintas Selama Libur Panjang Kemarin Aman

Hingga akhir tahun 2004 sebelum peristiwa Tsunami Aceh, Merpati melayani penumpang menuju Pangandaran dari Bandara Husein Sastranegara, dua kali dalam satu pekan, yaitu hari Jumat dan Minggu. Tercatat selama dua bulan sejak peresmian, ratusan wisatawan lokal dan mancanegara dilayani penerbangan ini, dengan load factor yang cukup bagus.

“Selama dua bulan sebelum Tsunami Aceh, load factor nya cukup bagus. Wisatawan banyak yang pakai Merpati dari Bandung. Jadi berangkat Jumat pulang Minggu. Semacam antar jemput wisatawan lah,” ujar Hendra.

Namun, setelah peristiwa Tsunami Aceh tahun 2004, jumlah penumpang Merpati dari Jakarta maupun Bandung perlahan mulai berkurang, hingga hanya dua sampai tiga orang saja. Sampai akhirnya, Merpati memutuskan berhenti melayani rute penerbangan menuju Bandara Nusawiru Pangandaran pada bulan Mei 2005.

Baca Juga: Preman Pensiun 5 Tayang Mulai Ramadhan Nanti, Tayang Sehari Dua Kali

Seiring dengan itu, maskapai penerbangan Susi Air mulai melakukan penerbangan dari Nusawiru ke Halim Perdanakusumah. Namun pesawat milik mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti tersebut, baru mendapatkan ijin penerbangan layanan angkut barang (cargo).

“Perlu diketahui, Susi Air sendiri telah mendapatkan ijin cargo sejak tahun 2004. Dan pada peristiwa Tsunami, pesawat ini turut andil menyuplai bantuan bagi korban,” ungkap Hendra.

Meski hanya memiliki satu pesawat yang mengangkut komoditas perikanan menuju Jakarta, namun Susi Pudjiastuti dengan Susi Air nya kelak yang membuka kembali penerbangan komersial penumpang menuju Bandara Nusawiru.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler