BMKG Imbau Warga Jabar Waspada Cuaca Ekstrem Hujan Petir hingga Puting Beliung di Masa Pancaroba

- 27 April 2024, 20:00 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem hujan disertai petir
Ilustrasi cuaca ekstrem hujan disertai petir /PRFM

PRFMNEWS - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Indonesia khususnya Jawa Barat (Jabar) akan dampak dari terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai kilat/petir hingga angin kencang dan angin puting beliung.

BMKG mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan, yakni di sebagian besar Sumatera, Jawa bagian barat dan tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku dan Sebagian besar Papua pada periode sepekan ke depan mulai Sabtu, 27 April 2024.

"Penyebab potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, serta kondisi suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Sabtu 27 April 2024.

Pada bulan April 2024 merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau (pancaroba) di sebagian besar wilayah di Indonesia termasuk Jabar, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem.

“Seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani.

Salah satu ciri masa pancaroba, ujar Andri, adalah pola hujan yang biasa terjadi pada waktu sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan panas terik pada pagi hingga siang hari.

“Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan,” terangnya.

Karakteristik hujan pada periode peralihan musim, lanjutnya, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil, maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.

“Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Dalam dua hingga tiga hari ke depan, potensi labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di hampir sebagian besar wilayah Indonesia,” tuturnya.

Halaman:

Editor: Indra Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x