Setelah Puncak Haji, Kini Banyak Jemaah Haji Derita Penyakit Paru, KKHI Madinah Ungkap Penyebabnya

26 Juli 2022, 07:00 WIB
Jemaah haji menjalani pemeriksaan MCU. /Pikiran Rakyat/Moh Arief Gunawan/

PRFMNEWS - Kasus penyakit pernafasan banyak dialami para jemaah pascapuncak haji. Dari 22 pasien yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, sebagian besar menderita penyakit paru-paru akut.

"Terjadi pergeseran untuk jenis penyakit dari sebelumnya jantung menjadi penyakit paru seperti pnemunia, asma, bronhitis pada jemaah gelombang dua. Banyak faktor penyebabnya, salah satunya mungkin karena faktor debu sisa-sisa Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina). Apalagi kondisi di Armuzna lingkungannya kan memang terbuka. Jarak 30 cm saja debu bisa masuk ke saluran pernafasan," kata Kepala KKHI Madinah, dr Enny Nuryanti, di KKHI Madinah, Senin kemarin.

Enny menjelaskan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan. Salah satunya adalah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker. Hal itu efektif untuk menangkal debu yang bisa mengganggu saluran pernafasan.

Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya, PBSI Akan Gelar Piala Presiden Cabang Olahraga Bulu Tangkis

Selain itu, saat ini pihaknya melaksanakan medical check up (MCU) bagi jemaah gelombang kedua di Madinah. Mereka adalah jemaah yang memiliki risiko tinggi dengan keluhan, jemaah risti dengan faktor risiko yang banyak, jemaah yang non-risti tapi dengan keluhan, jemaah yang post opname di KKHI, serta jemaah yang punya riwayat safari wukuf atau yang diusulkan safari wukuf.

"Memang sempat ada penolakan, tetapi setelah ada yang meninggal para jemaah jadi mau melakukan MCU. Setiap kloter mengirim 5 sampai 6 jemaah. Selanjutnya jemaah akan dijemput ke KKHI dengan ambulans untuk melaksanakan pemeriksaan secara lengkap," ujar Enny.

Hasil MCU itu nantinya akan dikonsultasikan ke poli-poli berdasarkan keluhannya seperti jantung, penyakit dalam, atau paru. Pasien akan diedukasi bagaimana cara mengatasi penyakitnya.

Baca Juga: Kaitkan Kasus Polisi Tembak Polisi dengan Ahok, Pengacara Keluarga Brigadir J Disuruh Minta Maaf

Bagi penderita sakit jantung, jika dari hasil EKG ada kelainan maka akan dilanjutkan ke pemeriksaan ecokardiografi. Pemeriksaannya lebih mendalam bagaimana fungsi jantungnya. Dari sana dokter akan mengusulkan apakah pasien bisa aktivitas biasa atau aktivitas berat. Bahkan, ditentukan pula apakah bisa mengonsumsi banyak cairan atau tidak, karena bisa membahayakan paru parunya.

Terkait tanazul, tidak seperti gelombang satu dimana jemaah yang sakit bisa melakukan tanazul awal, untuk jemaah gelombang dua diusahakan semuanya pulang bersamaan dengan kloter-nya.

Mungkin untuk tanazul akhir bisa dilakukan, itupun kepulangannya ditarik ke kloter berikutnya. Mereka adalah pasien yang dirawat di KKHI atau rumah sakit Arab Saudi yang berdasarkan hasil pemeriksaan tidak layak terbang.

"Namun kami berharap semua pasien bisa pulang bersama denga kloter-nya sehingga bisa tetap bersama sampai tanah air," ujarnya.

Baca Juga: Mau Datang ke Citayam Fashion Week? Wagub DKI Jakarta Minta Pengunjung Patuhi Syarat Utama ini

Mengenai pasien yang meninggal, sejauh ini untuk jemaah gelombang kedua ada dua orang yang meninggal dunia. Mereka adalah Boki Marhaban (SOC 22) dan Supatma (SOB 23).

"Untuk jemaah SOC 22, pasien saat itu habis aktivitas ziarah dan kecapaian. Pasien sempat diatasi di kloter dibawa ke KKHI tapi sudah henti jantung. Pasien sempat ditangani tetapi tidak tertolong dan dinyatakan meninggal pukul 16.00. Tiga puluh menit berikutnya datang pasien kedua dan sama tidak tertolong," tuturnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler