Bagaikan Film, Negosiator Perdamaian Rusia-Ukraina Diduga Diracun

29 Maret 2022, 15:00 WIB
Abramovich dan setidaknya dua anggota senior tim negosiasi Ukraina dilaporkan terpengaruh dugaan keracunan. /Suzanne Plunkett/Reuters


PRFMNEWS - Bagaikan adegan dalam film intelijen, Roman Abramovich, seorang miliarder Rusia sekaligus negosiator perdamaian Ukraina menderita gejala keracunan belum lama ini.

Wall Street Journal memberikan laporan ada dugaan jika Roman Abramovich dan dua orang juru runding Ukraina tersebut mengalami keracunan.

Dugaan mereka diracuni terjadi setelah diadakannya pertemuan pada awal Maret yang dilakukan di Kyiv, Ibu Kota Ukraina.

Baca Juga: Pidato Semangat Joe Biden Suarakan Perang Lawan Rusia Tak Disukai Warga Ukraina

Roman Abramovich saat itu memang menerima permintaan dari pihak Ukraina untuk membantu negosiasi perdamaian atas konflik Ukraina dan Rusia.

Mereka mengalami gejala mata merah dan sakit, kulit yang mengelupas di wajah dan juga tangan.

Namun demikian, kondisi Roman Abramovich saat ini diketahui telah membaik, begitu juga dua orang juru runding termasuk dari parlemen Tatar Krimea, Rustam Umerov.

Baca Juga: Fakta Tentang NATO, Nama yang Sering Disebut Sebagai Penyebab Perang Rusia dan Ukraina

Mereka dinyatakan sudah tidak dalam kondisi yang membahayakan.

Ketika ditanya mengenai dugaan keracunan tersebut, Mykhailo Podolyak yang merupakan pejabat Ukraina memberikan anjuran untuk berhati-hati.

Para pejabat lain juga menganjurkan untuk tidak mempercayai begitu saja informasi yang verifikasi kebenarannya belum terbukti.

"Ada banyak spekulasi, berbagai teori konspirasi," ucap Podolyak, dikutip prfmnews.id dari laman Aljazeera, Selasa, 29 Maret 2022.

Baca Juga: Fakta Tentang NATO, Nama yang Sering Disebut Sebagai Penyebab Perang Rusia dan Ukraina

Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) memberikan pendapat bahwa gejala yang dialami oleh Roman Abramovich dan dua orang juru runding disebabkan oleh kondisi lingkungan, bukan dari keracunan.

"Intelijen menduga bahwa ini adalah pengaruh lingkungan, bukan karena keracunan," ucap salah seorang pejabat intelijen AS yang namanya tak ingin disebut.

Bellingcat, yang merupakan organisasi jurnalisme investigasi juga menanggapi dugaan keracunan tersebut.

Baca Juga: Presiden AS Akan Berkunjung ke Brussel dan Warsawa untuk Bahas Perang Ukraina dan Rusia?

Organisasi yang berbasis di Belanda ini mengatakan bahwa tiga orang mengalami gejala keracunan akibat dari penggunaan senjata kimia sesaat setelah menghadiri perundingan.

"Berdasarkan pemeriksaan jarak jauh dan di tempat, para ahli menyimpulkan bahwa gejala ini kemungkinan besar akibat keracunan senjata kimia yang belum bisa ditentukan jenisnya. Bisa jadi dimaksudkan untuk menakut-nakuti para korban. Atau bertujuan untuk menyebabkan kerusakan permanen," tulis Bellingcat dalam akun Twitter resminya.

Sejak invasi hari pertama pada 24 Februari 2022, beberapa perundingan sudah dilakukan namun memang belum membuahkan hasil kesepakatan.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler