Tak Main-main, Ancaman Banjir Rendam Kota Bandung Kini Makin Nyata, Dosen ITB Ungkap Fakta ini

- 16 Januari 2024, 10:42 WIB
Kondisi salah satu rumah di Gang Apandi Braga yang terdampak banjir Kamis lalu.
Kondisi salah satu rumah di Gang Apandi Braga yang terdampak banjir Kamis lalu. /Diskominfo Kota Bandung

BANDUNG, PRFMNEWS – Banjir yang menerjang pemukiman warga Gang Apandi, Braga, Kota Bandung pada Kamis 11 Januari 2024 menjadi bukti bahwa salah satu bencana hidrometeorologi itu semakin rentan terjadi di kawasan Kota Bandung terutama saat turun hujan intensitas tinggi dengan frekuensi lama.

Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (FITB ITB), Dr. Heri Andreas S.T., M.T., mengungkapkan fakta berupa penyebab banjir yang semakin mengancam Kota Bandung, jika sejumlah langkah antisipasi tidak segera dilakukan secara maksimal.

Terkait penanganan banjir di Kota Bandung, dosen ITB dari Kelompok Keahlian Sains Rekayasa dan Inovasi Geodesi itu juga menyampaikan sejumlah rekomendasi solusi yang bisa dilakukan pemerintah termasuk belajar dari langkah-langkah yang telah diterapkan oleh negara lain.

Heri Andreas menjelaskan, solusi guna mencegah banjir di Kota Bandung maupun daerah lain di Indonesia bisa dilakukan dengan pengelolaan volume air. Saat volume air meningkat akibat hujan deras, maka butuh upaya infiltrasi (penguatan daya serap) maupun run off (penguatan daya tampung).

Baca Juga: Pemkot Bandung Bantu Perbaikan Rumah Warga yang Rusak Akibat Banjir di Braga

Jika infiltrasi diutamakan sebagai solusi mencegah banjir, maka lahan terbuka hijau harus sangat banyak sehingga daya serap air semakin besar. Namun ia menilai, ketersediaan lahan terbuka hijau di Kota Bandung sudah semakin berkurang dan ini menjadi salah satu penyebab ancaman banjir bisa terjadi kapan saja.

“Wilayah di Kota Bandung khususnya bagian utara, yang mestinya menjadi daerah serapan sudah dipenuhi dengan permukiman. Hal itu dinilai membuat solusi dengan infiltrasi atau menambah daya serap menjadi tidak realistis,” ungkap Heri dalam keterangan tertulisnya di laman resmi ITB, dikutip prfmnews.id Selasa, 16 Januari 2024.

Sementara untuk solusi lain yakni run off atau penguatan daya tampung, dapat dilakukan dengan normalisasi area sungai, naturalisasi, maupun kolam retensi. Namun, hal ini pun memiliki tantangan tersendiri karena kondisi kota yang sudah padat penduduk maupun bangunan.

"Realitasnya, apakah daya tampung dapat disiapkan secara maksimal karena di lapangan sudah padat sehingga sulit untuk pelebaran sungai. Kolam retensi pun sulit dilakukan. Akhirnya yang memungkinkan ditanggul setinggi mungkin. Persoalannya, ketika tanggul tersebut jebol bencananya juga luar biasa," ujar dia.

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x