“Bisa juga ada gejala tambahan yakni berat badan menurun cepat, keputihan, kesemutan, luka sulit sembuh, penglihatan kabur, cepat lelah, cepat ngantuk, atau impoten pada pria,” jelasnya.
Pandemi Covid-19 Ikut Pengaruhi Peningkatan Kasus Diabetes
Jika melihat angka kasus DM dua tahun terakhir, Intan berpendapat, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor penguat para remaja lebih mudah mengidap penyakit tersebut.
“Anak-anak lebih sering beraktivitas di rumah dengan gadget, pembelajaran juga lewat online, tidak banyak aktivitas di luar karena tidak boleh. Makan juga tidak sesuai dengan kalori yang seharusnya dikeluarkan saat beraktivitas. Itulah yang menjadi risiko penyebab gulanya meningkat,” urainya.
Dia mengutarakan pula menurut hasil riset kesehatan dari Kemenkes, prevalensi pengidap DM di Kota Bandung mencapai 2,3 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas.
Baca Juga: Datangi Masjid Raya Al Jabbar, Gubernur Sumbar Takjub dengan Desain Ornamen Khas Karya Ridwan Kamil
Meski angka tersebut tidak masuk dalam kategori tinggi, tapi yang dikhawatirkan adalah munculnya penyakit komplikasi yang dipicu dari DM ini.
“Jadi bayangkan saja, jika dari remaja sudah mengidap DM, maka perjalanan penyakit komplikasinya bisa menyebar sangat luas, bisa ke mata, syaraf, banyak sekali,” terangnya.
Ia berharap, peningkatan kasus DM yang terjadi setahun terakhir bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri secara dini ke puskesmas terdekat minimal satu tahun sekali.
Baca Juga: Warga Keluhkan Bangkai Mobil yang Hangus Terbakar di Kiaracondong Belum Dipindahkan, Sudah 2 Minggu