Dari jumlah tersebut, Hedy menyebut sekitar 2,5 ton berhasil diserap menjadi produk baru. Angka ini juga diyakini terus bertumbuh, sehingga 100 persen persoalan sampah di kewilayahan bisa selesai.
"Untuk saat ini minimal kita bisa mengurangi," katanya.
TPS-3R Dago Bengkok dijalankan oleh 13 pekerja. Selain mengangkut sampah, mereka juga mengolah sampah organik menjadi pupuk. Hasil olahan tersebut dijual dalam bentuk kemasan.
"Di sini, ada juga pengepul yang kemudian membeli sampah non organik dan mengubahnya jadi produk bernilai ekonomis," ujar Hedy.
Ia berpesan kepada masyarakat untuk sama-sama sadar dan melakukan pengolahan sampah dari level rumah tangga.
"Dengan memilah sampah, kita bisa membantu mengurangi kiriman (sampah) ke TPA," pesannya.
Sementara itu, Lurah Ciumbuleuit, Aa Hedi Muklis menyebut, sosialisasi pengolahan sampah di wilayahnya terus dilakukan secara masif.
Hal ini sejalan dengan program Kang Pisman sebagai upaya pengolahan sampah di Kota Bandung.