Kasus Diabetes Remaja Kota Bandung Naik, Dinkes Ungkap Penyebab dan Gejala Awal yang Wajib Diwaspadai

28 Februari 2023, 07:16 WIB
Ilustrasi Diabetes Melitus /pixabay/

PRFMNEWS – Kasus Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis pada remaja di Kota Bandung mengalami kenaikan pada tahun 2022. Hal tersebut terlihat dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung.

Penyebab kasus Diabetes Melitus pada remaja di Kota Bandung meningkat, menurut catatan kasus yang dimiliki Dinkes karena faktor pola hidup, pola makan, hingga aktivitas fisik berkurang.

Lantas, apa saja gejala awal orang menderita Diabetes Melitus sehingga harus diwaspadai sejak dini dan harus segera diperiksakan ke dokter agar tidak meningkat menjadi DM tipe 2?

Baca Juga: PARAH Kasus Diabetes pada Remaja di Kota Bandung Meningkat!

Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Kota Bandung, dr. Intan Annisa mengatakan, Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular dan biasanya tidak berkorelasi dengan waktu.

Sebab DM, imbuh Intan, merupakan penyakit yang kronis dan butuh waktu yang panjang dalam perjalanan perkembangan penyakitnya. Setelah itu baru terlihat gejala-gejalanya.

Adapun gejala utama Diabetes Melitus yang bisa diperhatikan secara dini, ungkap Intan, seperti sering kencing, mudah lapar, dan cepat haus.

Baca Juga: Buang Bayi di Pinggir Jalan, Pelajar di Cirebon Ditangkap Polisi

“Bisa juga ada gejala tambahan yakni berat badan menurun cepat, keputihan, kesemutan, luka sulit sembuh, penglihatan kabur, cepat lelah, cepat ngantuk, atau impoten pada pria,” jelasnya.

Pandemi Covid-19 Ikut Pengaruhi Peningkatan Kasus Diabetes

Jika melihat angka kasus DM dua tahun terakhir, Intan berpendapat, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor penguat para remaja lebih mudah mengidap penyakit tersebut.

“Anak-anak lebih sering beraktivitas di rumah dengan gadget, pembelajaran juga lewat online, tidak banyak aktivitas di luar karena tidak boleh. Makan juga tidak sesuai dengan kalori yang seharusnya dikeluarkan saat beraktivitas. Itulah yang menjadi risiko penyebab gulanya meningkat,” urainya.

Dia mengutarakan pula menurut hasil riset kesehatan dari Kemenkes, prevalensi pengidap DM di Kota Bandung mencapai 2,3 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas.

Baca Juga: Datangi Masjid Raya Al Jabbar, Gubernur Sumbar Takjub dengan Desain Ornamen Khas Karya Ridwan Kamil

Meski angka tersebut tidak masuk dalam kategori tinggi, tapi yang dikhawatirkan adalah munculnya penyakit komplikasi yang dipicu dari DM ini.

“Jadi bayangkan saja, jika dari remaja sudah mengidap DM, maka perjalanan penyakit komplikasinya bisa menyebar sangat luas, bisa ke mata, syaraf, banyak sekali,” terangnya.

Ia berharap, peningkatan kasus DM yang terjadi setahun terakhir bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri secara dini ke puskesmas terdekat minimal satu tahun sekali.

Baca Juga: Warga Keluhkan Bangkai Mobil yang Hangus Terbakar di Kiaracondong Belum Dipindahkan, Sudah 2 Minggu

“Gratis kok! Ini merupakan program pemerintah. Karena yang kita khawatirkan, diabetes ini termasuk jenis penyakit yang bisa berujung komplikasi, bisa menimbulkan penyakit-penyakit lainnya,” ujarnya.

Untuk diketahui, berdasarkan data Dinkes, sebanyak 9 orang di bawah usia 15 tahun di Kota Bandung tercatat mengidap DM tipe 1 pada tahun 2021.

Sedangkan di usia 15-19 tahun, sebanyak 2 orang mengidap DM tipe 1 dan 9 orang DM tipe 2.

Baca Juga: Uu Ruzhanul Cek Harga Sembako di Pasar Limbangan

Pada tahun 2022, kasus DM tipe 1 usia di bawah 15 tahun sebanyak 9 orang dan tipe 2 sebanyak 44 orang. Lalu, pada usia 15-19 tahun sebanyak 24 orang mengidap DM tipe 1, dan 57 orang mengidap DM tipe 2.

Kemudian sampai akhir Januari 2023, kasus DM baru yang tercatat pada usia di bawah 15 tahun untuk tipe 1 ada satu orang, tipe 2 kasusnya 0. Sedangkan usia 15-19 tahun DM tipe 1 ada satu orang, dan tipe 2 ada tiga orang.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler