Kemenparekraf Targetkan Sebanyak 4.000 Restoran Indonesia Hadir di Luar Negeri pada Tahun 2024

- 9 November 2022, 15:40 WIB
Ilustrasi kuliner Indonesia.
Ilustrasi kuliner Indonesia. /Pixabay/sorcel/


PRFMNEWS - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan sebanyak 4.000 restoran di Indonesia hadir di luar negeri pada tahun 2024.

Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Yuana Rochma Astuti Indonesia akan mengenalkan program pemerintah yang bernama ‘Indonesia Spice Up the World’

"Kita akan mengenalkan program pemerintah bernama 'Indonesia Spice Up the World' dengan target hingga tahun 2024 hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan memperkenalkan kuliner Nusantara seperti rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado,” kata Yuana, seperti yang dikutip prfmnews.id dari ANTARA, pada Rabu 9 November 2022.

Baca Juga: Kemenparekraf Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik di Kawasan Wisata Candi Borobudur

Selanjutnya menurut Yuana, tahun ini terjadi perubahan paradigma dalam strategi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam mengantisipasi gelombang resesi global yang bisa menerpa ekonomi Indonesia tahun depan.

Untuk strategi pertama adalah “From City to Countryside” yaitu fokus pada destinasi yang mempromosikan aktivitas outdoor serta berkelanjutan (sustainable) yang dapat menyelesaikan isu over tourism capacity.

Lalu yang kedua, “Tweak Tourism Policies” dengan mengedepankan destinasi yang beragam untuk mengurangi kepadatan di suatu destinasi.

Baca Juga: Desa Wisata Kampung Tajur Purwakarta Raih Penghargaan Kemenparekraf, Angkat Keunikan dan Kearifan Lokal

Ketiga, “Switching to Digital Economy”, yaitu pelayanan pariwisata dengan beralih ke digital ekonomi.

Keempat, “Inclusive Growth” yang menargetkan investasi untuk mengatur pertumbuhan pariwisata yang inklusif dan berkesinambungan.

Kemudian yang terakhir adalah, “Sustainable Tourism”, pengembangan pariwisata yang mengarah pada ecotourism dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas pariwisata seperti sampah, limbah, dan jejak karbon.

Masih dalam pernyataanya, Yuana menyebutkan jika berdasarkan UU No.24 Tahun 2019, ekonomi kreatif (ekraf) merupakan sektor perekonomian yang memiliki nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Baca Juga: Brand Lokal Bantu Pulihkan Ekonomi Nasional di Tengah Pandemi, Kemenparekraf Bakal Gelar HBBL 2021 pada 5 Mei

Tidak hanya itu, 17 sub sektor yang dicakup oleh Efram seperti kuliner, kriya, dan fesyen yang menempati posisi paling atas.

Di sisi lain potensi yang dioptimalkan adalah game, animasi, dan aplikasi.

“Kalau bicara tentang kontribusi ekraf kita terhadap PDB nasional, kita cukup berbangga hati karena kontribusinya sudah mencapai 7,5 persen. Ekraf Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan," ujar Yuana.

Ekspor Ekraf yang paling tinggi dari produk fesyen yang pada triwulan I 2022 menyumbang sebesar 56,53 persen dari total ekspor ekraf, diikuti produk kriya dan kuliner.

Adapun untuk negara tujuan ekspor ekraf terbesar Amerika Serikat dengan 3,13 miliar dolar AS, Swiss dengan 1,09 miliar dolar AS, dan Singapura dengan 0,38 miliar dolar AS.

Pada komoditas unggulan rempah, Yuana mengatakan Indonesia memiliki lada, pala, Cengkeh, dan lainnya.***

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah