Mutu Pendidikan Buruk, Pemerintah Didesak Segera Lakukan Evaluasi

- 14 April 2020, 13:25 WIB
ILUSTRASI belajar di rumah.*
ILUSTRASI belajar di rumah.* /ANTARA

BANDUNG,(PRFM) - Setelah kurang lebih empat pekan siswa belajar di rumah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) justru menerima 213 aduan dari siswa terkait proses belajar dari rumah ini.

Aduan tersebut salahsatunya tentang penugasan. Para siswa mengeluhkan jika tugas yang mereka dapat dirasa memberatkan dalam waktu yang mepet.

Praktisi Pendidikan Abad 21 yang juga Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji menilai hal ini merupakan bukti bahwa memang mutu pendidikan Indonesia adalah salah satu yang terendah di dunia.

Pasalnya, sistem pendidikan kita belum mampu untuk membimbing anak menghadapi tantangan abad 21.

"Salahsatu lembaga di Inggris, Center for Ecomonics Educatioan pada tahun 2018 membuat kajian yang kesimpulannya anak indonesia siap menghadapi abad 21, di abad 31, artinya kita tertinggal 10 abad," kata Indra saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Senin (13/4/2020) kemarin.

Baca Juga: Nekad Beroperasi Di Tengah Pandemi Covid-19, Retro Karaoke Disegel

Menurut Indra harus ada evaluasi menyeluruh dalam sistem pendidikan Indonesia.

"Harus jadi evaluasi termasuk orangtua, para pendidik, dan pembuat kebijakan untuk bersama membenahi pendidikan kita, supaya anak benar menjadi SDM unggul," kata dia.

Evaluasi dari sisi peran orangtua ia melanjutkan, Indonesia memiliki kualitas pendidikan rendah lantaran sebagian besar orangtua dalam proses pendidikan mempunyai pola pikir menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada pihak lain entah itu sekolah, bimbel, maupun guru les.

Ini berbeda dengan negara yang memiliki mutu pendidikan salahsatu yang terbaik di dunia yakni Finlandia. Di negara tersebut kata Indra, fokus pendidikan berada di lingkungan keluarga.

Masa belajar dari rumah saat pandemi corona, kata dia mestinya menjadi momentum bagi orangtua untuk menerapkan pola belajar di lingkungan keluarga. Sisihkan saja satu jam orangtua dan anak belajar bersama, misal membaca salah satu e-book.

"Pola itu akan membiasakan kita hobi membaca. Dengan demikian kemampan literasi akan meningkat dan kemampuan belajar juga pasti meningkat," kata Indra.

Baca Juga: Pemkot Bandung Siapkan Laboratorium BSL2 Untuk Percepat Tes Covid-19

Yang tak kalah penting dari sisi tenaga pendidik juga harus ada evaluasi. Apakah pendidik sudah menyiapkan siswanya ke masa depan, atau malah ke masa lampau.

Karena fakta sebelum adanya Covid-19, Indra melanjutkan, masih banyak tenaga pendidik yang anti gawai.

"inilah yang sering terjadi, ironi betapa kekehnya para pendidik anti gawai, padahal zaman sekarang mau jadi tukang ojek aja butuh gawai untuk cari kerja," kata Indra.

Sedangkan dari sisi pembuat kebijakan, pemerintah harus mengevaluasi program-program pendidikan selama ini.

Pemerintah menganggarkan Rp500 triliun dari APBN setiap tahunnya untuk pendidikan, namun begitu bicara pembelajaran daring, gurunya tidak mampu, dan infrastukturnya belum memadai.

"Jadi pertanyaan besar, selama ini Rp500 triliun dipakai buat apa? Karena ada yang tidak efektif dan efisien, itulah yang mesti dievaluasi," tandasnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x