Total Kerugian Indonesia Akibat Pandemi Covid-19 Capai Rp1,3 Triliun

- 20 Mei 2021, 14:46 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani serukan semangat perjuangan dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani serukan semangat perjuangan dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional. /Instagram.com/@smindrawati

PRFMNEWS - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) dalam Rapat Paripurna DPR RI, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis 20 Mei 2021.

Menkeu menjelaskan, KEM PPKF 2022 disusun dalam kondisi ketidakpastian yang luar biasa mengingat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Dampak pandemi terhadap perekonomian sungguh sangat berat dan nyata.

Berdasarkan catatannya, Indonesia mengalami kerugian sekira Rp1,356 triliun. Selain itu, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi 2,1 persen, atau lebih rendah dari target.

“Ini berarti, secara nominal perekonomian Indonesia kehilangan kesempatan menciptakan nilai tambah atau mengalami 'kerugian' kurang lebih sebesar Rp1.356 triliun. Perekonomian Indonesia 2020 mengalami kontraksi 2,1 persen, jauh lebih rendah dari target semula 5,3 persen. APBN 2020 bekerja sangat keras untuk melindungi keselamatan jiwa rakyat dan perekonomian dari hantaman pandemi Covid-19," kata Menkeu Sri Mulyani.

Baca Juga: Bupati Nganjuk Kena OTT KPK, Polri: Dananya Dipakai untuk Keuntungan Pribadi

Pemerintah mencatat, Belanja Negara meningkat 12,3 persen mencapai Rp2.593,5 triliun, sementara Pendapatan Negara menurun minus 16,0 persen. Defisit APBN 2020 mencapai 6,1 persen PDB, tingkat yang belum pernah terjadi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Defisit ini jauh meningkat dibandingkan rancangan awal APBN 2020 yang ditargetkan hanya sebesar 1,76 persen PDB.

“Hingga Mei 2021, tanda-tanda positif pemulihan ekonomi global mengalami momentum penguatan, namun lonjakan kasus Covid-19 di India yang begitu dramatis dan menjalar ke berbagai belahan dunia tetap menimbulkan bayangan ketidakpastian dan risiko perlemahan ekonomi global datang kembali," imbuh Menkeu.

Sementara itu di laporan pada sektor riil, indikator PMI Manufaktur Global di bulan April 2021 mencapai 55,8. Ini merupakan angka tertinggi sejak April 2010. Indikator Baltic Dry Index yang menunjukkan aktivitas perdagangan global juga mencapai level tertinggi sejak Agustus 2019. Harga komoditas global, yang merupakan indikator penting bagi APBN, terus menunjukkan tren kenaikan, bahkan lebih tinggi dari level sebelum pandemi.

Menkeu menambahkan, ekonomi Indonesia berada pada trajektori pemulihan. Setelah mengalami kontraksi minus 5,32 persen di Triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi berada pada tren perbaikan. Indikator PMI Manufaktur April 2021 mencapai 54,6 yang menunjukkan terjadinya ekspansi selama 6 bulan berturut-turut.

Halaman:

Editor: Haidar Rais

Sumber: DPR RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x