BMKG Ungkap 5 Faktor Penyebab Embun Beku di Dieng, Suhu Dingin Tembus Minus 1 Derajat Celcius

30 Juni 2022, 17:00 WIB
Embun es di Dieng, Jawa Tengah muncul mewarnai datangnya fenomena suhu ekstrem saat ini. Suhu mencapai di bawah 0 derajat celcius /A.Purwoko/Yogyaline.com/kabarwonosobo

PRFMNEWS - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap lima faktor penyebab terjadinya fenomena embun menjadi es yang dikenal embun beku atau embun upas.

Fenomena embun beku ini baru-baru ini muncul di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada Kamis, 30 Juni 2022 dini hari hingga menyebabkan suhu udara menurun hingga minus 1 derajat Celcius.

Faktor penyebab munculnya fenomena embun beku di Dataran Tinggi Dieng ini disampaikan Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie.

Menurut Setyoajie, penyebab terjadinya embun beku di Dieng yang pertama adalah adanya dua pusat tekanan rendah (LPA) di belahan bumi utara (BBU), yaitu pusat tekanan rendah 04W berada di Laut China Selatan sebelah barat Filipina dan pusat tekanan rendah 98W di timur laut Filipina.

Baca Juga: Isi Pertalite Harus Terdaftar di MyPertamina, Organda Jabar: Sosialisasikan dulu, Jangan Langsung Diberlakukan

Kondisi tersebut ditambah dengan faktor kedua, yakni kuatnya Monsoon Australia (angin timuran) yang membawa udara kering dan berpengaruh pada pengurangan curah hujan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.

“Sehingga dalam beberapa hari kondisi cuaca di Jateng cenderung cerah hingga berawan,” ujarnya, dikutip prfmnews.id dari laman ANTARA pada Kamis, 30 Juni 2022.

Selanjutnya, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang Sutikno lanjut mengungkap faktor ketiga hingga kelima, yaitu adanya gerak semu matahari, intrusi suhu dingin, dan laju penurunan suhu terhadap ketinggian.

Lebih lanjut, Sutikno menjelaskan, fenomena suhu dingin malam hari dan embun beku di lereng pegunungan Dieng dipicu kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.

Baca Juga: Akan Ada Penyesuaian Tarif Tol Soroja, ini Tarif Barunya

Suhu udara saat puncak kemarau, imbuh Sutikno, umumnya lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Kondisi inilah yang memicu terjadinya gerak semu matahari.

"Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan," katanya.

Selain itu, imbuhnya, kandungan air di dalam tanah menipis dan jumlah uap air di udara pun sangat sedikit sehingga kadar kelembaban udara juga ikut rendah.

Pada kondisi puncak kemarau di Jawa, beberapa tempat yang berada pada ketinggian, terutama di daerah pegunungan, berpeluang mengalami kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 (nol) derajat Celcius.

Suhu udara dingin ekstrem tersebut disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang daripada dataran rendah, sehingga sangat cepat mengalami pendinginan, terlebih saat cuaca cerah tidak tertutup awan atau hujan.

Baca Juga: Beri Rasa Aman, Petugas Khusus Masjidil Haram Diperkuat

Uap air di udara akan mengalami kondensasi pada malam hari dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan, atau rumput.

Air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku karena suhu udara yang sangat dingin.

"Ketika mencapai minus atau nol derajat, terjadilah embun beku di daerah tersebut,” tuturnya.

Sutikno menyebut, selain di Dataran Tinggi Dieng, beberapa daerah yang juga mengalami fenomena ini yaitu Gunung Semeru dan Pegunungan Jayawijaya. ***

Editor: Indra Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler