Network
BANDUNG,(PRFM) - Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya mengatakan jika periode Januari-Februari ini merupakan puncak musim hujan. Bahkan pada 25 Januari lalu terdapat hujan yang sangat lebat dan dikategorikan sebagai hujan ekstrem.
"Pada 25 Januari atau kira-kira tiga minggu yang lalu ada hujan yang sangat lebat, bahkan kategorinya ekstrem atau diluar kewajaran itu di Lembang tercatat curah hujan pada 25 Januari itu mencapai 114 milimeter. Itu artinya ada 114 liter air persatumeter persegi permukaan tanah. Itu artinya jika tanah kita 100 meter saja itu artinya ada hampir 11 ribu liter air dari langit turun ke tanah," ucap Tony saat on air di Radio PRFM Selasa (18/2/2020).
Selain itu, pada 8 Februari tercatat pula hujan dengan intensitas yang lebih tinggi pada 8 Februari di Kawasan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Pada saat itu tercatat hujan mencapai 138 milimeter.
"Ini juga kategori ekstrem karena di atas 100 milimeter perhari yang membuat ada genangan atau banjir di beberapa lokasi," ujarnya.
Hujan lebat ini, sambung Tony, masih berpotensi turun hingga akhir Februari ini. Oleh karena itu warga harus tetap waspada.
Namun demikian, mulai Maret nanti, Tony memprediksi curah hujan akan mulai berkurang. Dan diprediksi Bandung memasuki musim kemarau pada Mei.
Baca Juga: Banjir Masih Kerap Terjadi, DPU Kota Bandung Upayakan Optimalisasi Kolam Retensi dan Sumur Resapan
"Selama Februari ini potensi hujan lebat seperti terjadi kemarin itu masih berpotensi. Tapi setelah Maret secara bertahap curah hujan mulai berkurang, kemudian April semakin berkurang lagi dan baru di bulan Mei secara umum kita berganti ke musim kemarau," jelasnya.
Tony menyebutkan, pola hujan saat ini cenderung tidak merata. Artinya hujan biasanya hanya turun di beberapa titik saja dan pada waktu yang tidak menentu. Disebutkannya, hujan ekstrem yang turun di Lembang dan Cileunyi beberapa waktu lalu hanya turun di titik tersebut sedangkan lokasi lain di Bandung Raya cuacanya relatif normal.
