Soal Fanatisme Suporter Bola, Sekum Viking: Jangan Sampai Berlebihan dan Mengarah Anarkisme

- 4 Desember 2020, 22:56 WIB
PELATIH Persib Bandung, Robert Alberts meredam upaya oknum bobotoh saat penyalaan flare.*
PELATIH Persib Bandung, Robert Alberts meredam upaya oknum bobotoh saat penyalaan flare.* /ARMIN ABDUL JABBAR/PIKIRAN RAKYAT



PRFMNEWS - Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki suporter sepak bola fanatik.

Fanatisme suporter ini berawal dari semangat kedaerahan saat mendukung klub lokal mereka.

Namun, tak jarang fanatisme tersebut berujung anarkisme. Fanatisme berlebihan mengarah pada tindakan kriminalitas dan permasalahannya menjadi begitu kompleks.

Sekretaris Umum (Sekum) Viking Persib Club (VPC), Tobias Ginanjar menilai fanatisme ini merupakan anugerah yang dimiliki suporter Indonesia.

Ketika sepak bola menjadi bisnis, fanatisme suporter ini menggairahkan industri si kulit bundar. 

"Fanatisme ini tidak melulu konteksnya negatif, itu anugerah yang dimiliki suporter Indonesia," kata Tobias saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Jumat 4 Desember 2020.

Baca Juga: Berubah, Jalan Dipatiukur Kota Bandung Ditutup dari Sebelum Magrib

Baca Juga: Bawaslu Sebut Pasien Covid-19 Tetap Punya Hak Pilih di Pilkada Serentak 2020

"Bayangkan kalau tidak ada fanatisme dari suporter bola, kita lihat stadion di negara lain sebelum pandemi tetap kosong. Kalau di Indonesia selalu penuh, itu harus kita sadari bersama," sambungnya.

Namun lanjut dia, fanatisme suporter bola ini harus dikelola dengan baik. Jangan sampai fanatisme tersebut melewati batas.

"Jangan sampai fanatisme ini berlebihan dan menuju ke arah kriminalisme dan anarkisme," katanya.

Stakeholder sepak bola lain di luar suporter lanjut dia harus memiliki peran dalam mengelola fanatisme suporter ini.

Baca Juga: Buntut Dugem Saat TC Timnas U-19, Serdy Ephy Fano Kini Dipecat dan Tak Punya Klub

Baca Juga: Ini Tiga Calon Daerah Otonom Baru di Jabar yang Disetujui Ridwan Kamil

Ia memandang fanatisme berlebih yang membuat rivalitas bola di luar batas terjadi karena fanatisme dan rivalitas tersebut tidak dikelola dengan baik.

"Rivalitas dalam sepak bola itu bumbu, tapi kadang tidak dikelola dengan baik yang jadinya menjurus ke kriminal," katanya.

Dia mencontohkan sepak bola Inggris yang masih kental dengan rivalitas antar klub, sampai suporter.

Meski bersaing sebagai rival, namun suporter disana masih terkontrol.

Di Inggris lanjut dia, tidak ada larangan menyaksikan pertandingan langsung ke stadion bagi suporter lawan yang notabene rival.

Pihak penyelenggara memfasilitasi mereka dari mulai pemberangkatan sampai pulang dari stadion.

"Di Inggris tidak ada larangan penonton datang ke stadion, justru penonton difasilitasi, dikawal sampai stadion, sampai pulangnya," katanya.

Baca Juga: Wow! Hari Ini NCT Merilis MV Terbaru “Resonance”

Baca Juga: Terjerat Korupsi, Mantan Pejabat Kemenag Ini Ditahan KPK

"Jadi bukan mengambil jalan pintas tanpa penonton, kalau kayak gitu bukan menyelesaikan masalah justru yang ada susulumputan (menyelundup) datang," katanya.***

Editor: Rian Firmansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x