Disegel Kemendag, Ternyata ini Modus Curang SPBU di Rest Area KM 42 Tol Japek yang Raup Untung Rp2 Miliar

- 26 Maret 2024, 05:30 WIB
Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan Bersama Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra Mengecek Langsung SPBU 34.41345 Jalan Tol Jakarta – Cikampek Rest Area KM
Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan Bersama Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra Mengecek Langsung SPBU 34.41345 Jalan Tol Jakarta – Cikampek Rest Area KM /Pertamina

PRFMNEWS – Menteri Perdagangan (Mendag) RI Zulkifli Hasan menyegel 3 (tiga) unit dispenser atau pompa ukur BBM pada SPBU di Rest Area KM 42 B Tol Jakarta-Cikampek (Japek), lokasi tepatnya di kawasan Teluk Jambe Barat, Karawang, Jawa Barat, pada Sabtu 23 Maret 2024.

Penyebab penyegelan tiga pompa ukur BBM di SPBU Rest Area KM 42 B Tol Jakarta-Cikampek ini dilakukan karena ditemukan modus kecurangan berupa penggunaan alat tambahan untuk mencurangi hitungan literan pengisian BBM yang bisa merugikan konsumen.

Pengungkapan modus kecurangan berujung tiga pompa ukur BBM di SPBU Rest Area KM 42 B Tol Japek disegel jelang masa arus mudik Lebaran Idul Fitri 2024 ini dilakukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) saat melakukan kegiatan pengamanan bersama jajaran PT Pertamina Patra Niaga.

Baca Juga: Lakukan Kecurangan, SPBU di Rest Area Km 42 Karawang Disegel

Mendag Zulkifli Hasan mengatakan pemasangan segel metrologi dan metrologi line ini dilakukan pada tiga pompa ukur BBM pada SPBU Rest Area KM 42 B Tol Japek yang digunakan untuk pengisian BBM jenis Pertalite, Pertamax, dan Bio Solar.

Mendag menyatakan tiga pompa ukur BBM tersebut diduga melanggar aturan Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 1981 Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2). Pelanggaran tersebut berhubungan dengan pemasangan alat ukur, alat penunjuk, atau alat lainnya sebagai tambahan pada alat-alat ukur, akar, atau timbang yang sudah ditera atau ditera ulang.

“Pada pompa ukur BBM di SPBU ini diduga terpasang alat tambahan berupa switch atau jumper yang dapat memengaruhi hasil penakaran atau memengaruhi jumlah volume cairan BBM yang diterima. Hal ini mengakibatkan kerugian konsumen dengan perkiraan potensi kerugian mencapai Rp2 miliar per tahun,” ungkap menteri yang akrab disapa Zulhas itu.

Zulhas menegaskan ancaman sanksi bagi pelanggar UU Nomor 2 Tahun 1981 Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) adalah hukuman pidana penjara maupun denda.

“Pelanggar dapat dikenakan sanksi pidana satu tahun dan denda setinggi-tingginya Rp1 juta,” sebutnya.

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x