Ada pula hasil studi yang dilakukan lewat uji coba pada tikus oleh para peneliti dari Grup Penelitian Virologi Molekuler Universitas Liverpool.
Baca Juga: Menkes Ungkap Beberapa Pasien Omicron di Indonesia Sudah Ada yang Boleh Pulang
Salah satu penelitinya, Profesor James Stewart menemukan hasil bahwa Omicron menyebabkan gejala penyakit yang tidak terlalu parah pada tikus.
Makalah dari penelitiannya bersama para ilmuwan lain itu menunjukkan, tikus yang terinfeksi Omicron tidak alami penurunan berat badan signifikan, memiliki viral load (pengukuran jumlah virus) yang lebih rendah, dan mengalami pneumonia (gangguan paru-paru) yang tidak terlalu parah.
"Ini salah satu bagian dari teka-teki. Model hewan menunjukkan bahwa penyakitnya tidak separah Delta dan virus asli Wuhan. Tampaknya tikus itu pulih lebih cepat sesuai dengan data klinis yang masuk," tulis makalah itu.
Baca Juga: Penularan Lokal Omicron Ditemukan di Jatim, Menjangkiti Warga Surabaya Pulang Liburan dari Bali
Para peneliti tersebut menegaskan, meski ada indikasi awal yang baik mengenai sifat Omicron, itu bukan untuk dijadikan sinyal mengendorkan kewaspadaan akan penularan Omicron di tengah masyarakat.
Menurut informasi dari makalah mereka, dijelaskan bahwa masih mungkin muncul konsekuensi seseorang yang terinfeksi Omicron akan mengalami kematian.***