Raja Belanda Minta Maaf atas Keterlibatan Koloni Mereka dalam Sejarah Perbudakan

2 Juli 2023, 08:15 WIB
Raja Belanda Willem Alexander berbicara pada acara peringatan penghapusan perbudakan oleh Belanda, di Amsterdam, Belanda, Sabtu, 1 Juli 2023 /Reters/ Peter Dejong/

 

PRFMNEWS - Raja Belanda Willem-Alexander minta maaf atas peran negaranya dalam perbudakan. Ia mengatakan hal tersebut di hadapan ribuan keturunan budak dari negara Suriname di Amerika Selatan dalam upacara peringatan 160 tahun penghapusan secara legal perbudakan di Belanda, termasuk di negara-negara bekas jajahannya di Karibia.

Dalam pidatonya yang emosional, dia berkata "Hari ini saya berdiri di sini di depan Anda sebagai raja dan sebagai bagian dari pemerintah. Hari ini saya secara pribadi meminta maaf," kata Willem-Alexander.

"Saya sangat merasakan penderitaan ini dengan hati dan jiwa saya," kata sang raja.

"Pada hari ini saat kita mengenang sejarah perbudakan Belanda, saya memohon maaf atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini," katanya lagi.

Dia menambahkan rasisme dalam masyarakat Belanda masih menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Dia menyadari tidak semua orang bersedia menerima permintaan maafnya.

Dia mengatakan rasisme dalam masyarakat Belanda masih menjadi masalah dan tidak semua orang akan mendukung permintaan maafnya. 

"Namun zaman telah berubah dan keti koti … rantainya benar-benar telah putus,” katanya disambut sorak-sorai dan tepuk tangan dari ribuan penonton di monumen perbudakan nasional di Oosterpark, Amsterdam.

Keti koti adalah kata-kata Suriname yang berarti "rantai putus" dan merupakan nama yang diberikan pada 1 Juli sebagai hari peringatan perbudakan dan perayaan kebebasan.

Permintaan maaf dari Raja itu disampaikan di tengah renungan yang meluas tentang masa lalu kolonialisme Belanda, termasuk keterlibatan Amsterdam dalam perdagangan budak Atlantik dan perbudakan di negara-negara bekas jajahannya di Asia.

Pada 2020, Willem-Alexander juga telah meminta maaf kepada Indonesia atas "kekerasan berlebihan" selama penguasaan kolonial Belanda.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte secara resmi juga telah meminta maaf atas perbudakan ini pada Desember lalu atas nama pemerintah.

Tidak jelas apakah keluarga Raja mendapat keuntungan dari perdagangan budak di masa lalu. Tetapi ia menyebut perdagangan budak dan perbudakan diakui sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

"Para raja dan penguasa House of Orange tidak mengambil langkah menentangnya," katanya.

Pada Desember, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengakui negaranya bertanggung jawab dalam perdagangan budak Atlantik yang membawa keuntungan bagi negaranya sehingga dia pun meminta maaf.

Rutte menyatakan pemerintah Belanda tidak akan membayar biaya ganti rugi, seperti yang telah direkomendasikan panel penasihat pada 2021.

Sebuah studi yang dirilis pada Juni menemukan bahwa keluarga kerajaan memperoleh 545 juta euro (US$ 595 juta) antara 1675 dan 1770 dari koloni mereka di mana perbudakan tersebar luas. Nenek moyang raja saat ini, Willem III, Willem IV dan Willem V.

Termasuk di antara penghasil terbesar dari apa yang disebut laporan Belanda sebagai "keterlibatan negara yang disengaja, struktural dan jangka panjang" dalam perbudakan.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler