BANDUNG, PRFMNEWS - Kejadian angin puting beliung yang kemudian disebut juga sebagai tornado menerjang Rancaekek Kabupaten Bandung dan juga beberapa kecematan di Sumedang pada Rabu, 21 Februari 2024 sore kemarin.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu menjelaskan kronologi dan penyebab musibah yang merusakkan banyak rumah dan bangunan lainnya tersebut.
"Kronologisnya memang awalnya dipicu hujan intensitas tinggi yang disertai dengan angin pada hari Rabu dimulai pada pukul 15.30," jelasnya saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel hari ini Kamis, 22 Februari 2024.
Berdasarkan analisa BMKG, pada Rabu kemarin suhu muka laut di Indonesia relatif hangat sehingga mendukung suplai uap air ke wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat dan sekitarnya.
Selain itu, kelembaban udaran berkisar antara 45 sampai 90 persen.
"Jadi faktor suhu muka laut ini juga memicu," jelasnya.
Rahayu melanjutkan, pada Rabu kemarin terpantau ada sirkulasi siklonik di Samudera Hindia sebelah barat pulau Sumatera.
Baca Juga: Pemkab Sumedang Langsung Tangani Warga Terdampak Angin Puting Beliung di Jatinangor dan Cimanggung
"Dan ketiga dari indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat. Tentunya berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan konvektiv ini," jelasnya.
Berdasarkan analisis cuaca tersebut, hal itulah yang diduga memicu terjadinya angin puting beliung.
"Karena kita ketahui angin puting beliung ini dampak susulan dari adanya pertumbuhan awan Cb (Cumulonimbus), sementara awan Cb ini adalah yang memicu terjadinya hujan lebat," paparnya.***