Belajar di Rumah, 213 Siswa Mengadu ke KPAI Karena Tugas yang Berat

- 14 April 2020, 06:00 WIB
Depresi.
Depresi. /Dok PRFM.

Baca Juga: Mengejutkan! Ratu Tisha Mundur dari Jabatan Sekjen PSSI

Aduan selanjutnya, selain harus menjawab soal, para siswa diharuskan untuk menulis pertanyaan yang disampaikan oleh guru mereka. Hal ini dikeluhkan karena membuat pekerjaan rumah anak-anak bertambah.

"Kemudian yang dikeluhkan anak-anak lagi adalah soal kuota internet. Ternyata banyak juga yang tidak mampu membeli kuota internet," sambungnya.

Tak hanya itu, ada juga aduan terkait SPP atau iuran sekolah. Menurut Retno, banyak sekolah yang tetap dibebankan SPP secara total padahal pembelajaran dilakukan secara daring dan anak lebih banyak diajar oleh orang tuanya.

"Sebenarnya bisa dibicarakan dengan sekolah. Artinya bisa misalnya didiskon tidak bayar penuh karena proses belajar tidak disekolah jadi ada biaya yang tidak bisa dihitung karena tidak belajar di rumah," tegasnya.

Baca Juga: DPRD Minta Pemkot Bandung Persiapkan PSBB Secara Matang

"Dan satu lagi yang dikeluhkan anak-anak sebenarnya tidak ada proses interaktif. Jadi memang lebih ke ngasih tugas setiap hari."

Disebutkan Retno, dengan berbagai macam keluhan ini, anak-anak mengaku menjadi lelah. Saat merasa lelah maka bisa jadi imun para siswa ini justru menurun dan menjadi rentan terkena penyakit.

"Ini kan justru anak harusnya cukup istirahat, bahagia, sehingga imunnya meningkat, itu kan yang kita harapkan," tegasnya.

Dijabarkan Retno, aduan ini datang dari 45 kabupaten/kota dari 14 provinsi di Indonesia. Nantinya aduan ini akan disampaikan KPAI kepada dinas pendidikan (disdik) setempat dan bidang pendidikan kanwil kementrian agama (Kemenag) setempat.

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah