Testing atau Pencarian Kasus Baru Covid-19 Indonesia Lemah, Epidemiolog Sebut Kebijakan PPKM Mikro Tidak Tepat

- 26 Juni 2021, 12:28 WIB
warga luar Kabupaten Bandung yang mengikuti rapid test antigen di Tol Soroja, Sabtu 6 Februari 2021.
warga luar Kabupaten Bandung yang mengikuti rapid test antigen di Tol Soroja, Sabtu 6 Februari 2021. /BUDI SATRIA-PRFM

Menurutnya, salah satu solusi kondisi seperti rendahnya tingkat testing seperti di Indonesia adalah harus melakukan penguncian populasi di suatu wilayah.

Ia menegaskan dalam penanganan pandemi di suatu negara, jika tingkat pencarian kasus baru atau testing rendah, maka populasi yang seharusnya dikunci semakin luas.

Baca Juga: Sambangi Pemakaman Khusus Covid-19 di Garut, Gubernur Jabar Ridwan Kamil Beri Dukungan Moril dan Logistik

Baca Juga: Polri Gelar Vaksinasi Serentak di Seluruh Indonesia, 4.504 Titik Lokasi dengan Target 1 Juta

"Makin jelek dalam mencari kasus, maka penguncian harus makin luas. populasinya harus semakin luas dikunci supaya tidak saling menulari, jadi orang tinggal di rumah selama beberapa waktu untuk suatu wilayah besar," lanjutnya.

Demikian pula sebaliknya, jika Indonesia kuat dalam hal testing atau pencarian kasus, kata Windu, langkah lockdown tidak perlu dilakukan.

Karena itu, menurut analisa Windhu, kebijakan tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang diambil, tidak tepat.

Kebijakan PPKM Mikro, menurutnya, harus didasari dengan kemampuan dan kemauan Indonesia untuk melakukan testing atau pencarian kasus baru yang besar.

Baca Juga: Covid-19 di Indonesia Menggila, Kemenkes : Varian Baru Cepat Menular di Semua Usia

"Makin kecil kemampuan dan kemauan kita rendah dalam mencari kasus, kita harus makin makro bukan makin mikro. Secara konseptual menurut epidemiologi, PPKM Mirko itu tidak tepat ketika pencarian kasus lemah," pungkasnya.***

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah