Harga Beras dan Bahan Pokok Naik Jelang Pemilu? Ternyata Ini yang Jadi Penyebabnya

12 Februari 2024, 13:00 WIB
Stok beras di Gudang Bulog Bandung saat dipantau oleh Wali Kota Bandung Oded M Danial pada 7 April 2021 lalu. DPR nenilai manajeken stok Perum Bulog masih buruk /HUMAS KOTA BANDUNG

PRFMNEWS - Harga sejumlah bahan pangan terpantau mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam satu pekan terakhir, salah satu yang paling tinggi kenaikannya adalah beras.

Hal tersebut mengakibatkan para peritel terpaksa menjual komoditas bahan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng di atas harga eceran tertinggi (HET) serta harga acuan lainnya lantaran mendapat harga yang tinggi dari produsen.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, para para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas HET sejak sepekan terakhir, sehingga peritel juga harus menaikkan harga jual.

"Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Roy mengutip dari ANTARA.

Baca Juga: Harga Beras Mulai Merangkak Naik, Presiden Jokowi: Perlu Intervensi Harga

Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Senin, 12 Februari 2024, harga beras medium di Jawa Barat mencapai Rp 14.240 per kg.

Harga beras medium tertinggi berada di Provinsi Papua Tengah yaitu Rp23.000. Sedangkan harga rata-rata harga beras medium adalah Rp13.850.

Sementara itu, harga beras premium rata-ratanya mencapai Rp15.850 per kilogram. Harga beras premium tertinggi berada di Provinsi Papua Tengah yaitu Rp27.420.

Roy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.

Harga yang ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu selanjutnya mengalir kepada peritel di sektor hilir melalui jaringan distribusi, kemudian dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern.

Baca Juga: Harga Beras Mulai Naik Lagi, ini Update Terbarunya

Harga naik stok langka

Kenaikan harga dari produsen dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern Indonesia.

Peritel saat ini disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram. Keterbatasan ini disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.

Selain itu, belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras.

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat," kata Roy.

Aprindo pun meminta pemerintah untuk merelaksasi HET dan harga acuan lainnya agar peritel dapat membeli bahan pokok dari produsen.

Baca Juga: Anggota DPR ini Bantah Klaim Gibran soal RI Swasembada Beras: Tak Ada Swasembada Beras di Era Jokowi

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan pemerintah terus menyeimbangkan ketersediaan beras nasional dengan Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan.

“Memang kita perlu beras lebih banyak saat ini. Dan pemerintah menyeimbangkan kekurangan karena tidak dapat tanam akibat El Nino dengan importasi,” ujar Arief.

Arief menyebut saat ini diperlukan pasokan beras yang cukup agar neraca ketersediaan dan kebutuhan beras tetap terjaga di tengah kekurangan akibat fenomena El Nino.

“Januari dan Februari 2024 ini kita kekurangan 2,4 juta ton beras (produksi versus konsumsi),” ungkap Arief.

Ia menegaskan, bahwa kebijakan importasi adalah pilihan terakhir agar ketersediaan beras tetap terjaga.

“Walaupun sangat pahit, importasi saat ini harus dijalankan. Mungkin tidak populer saya sampaikan, tetapi harus dikerjakan untuk pemenuhan kebutuhan saat ini,” ujar Arief.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler