Mengenal Gaya Hidup 'Hustle Culture' Tren Gila Kerja di Kalangan Anak Muda, Apakah Kamu Salah satunya?

19 Desember 2023, 15:30 WIB
Hustle Culture, Work /Ant Rozetsky/Unplash

PRFMNEWS - Kamu pasti sudah tidak asing kan dengan istilah hustle culture? Atau, jangan-jangan kamu salah satu penganut budaya ini?

Hustle culture kini tengah menjadi isu yang ramai diperbincangkan karena fenomena ini menggambarkan kebiasaan anak muda yang kini sedang bekerja.

Tren hustle culture ini menggambarkan keadaan seseorang yang harus selalu bekerja untuk sukses, sehingga seringkali tidak punya waktu lagi buat diri sendiri dan beristirahat, seperti liburan, kurang tidur, dan tidak ada me time. Bahkan cenderung mengabaikan kesehatan merasa harus selalu bekerja.

Baca Juga: Hati-hati, 7 Kebiasaan ini Bisa Bikin Wanita Sulit Hamil, Begini Penjelasan dr. Ema

Apa Itu Hustle Culture?

Hustle culture adalah perilaku yang membuat seseorang mendorong dirinya untuk bekerja lebih keras, bahkan bisa melebihi jam normal dan batas kemampuannya.

Orang yang melakukan hustle culture biasanya akan kecanduan bekerja dan tidak bisa menikmati waktu luang karena terus-menerus memikirkan pekerjaannya.

Budaya ini memang cukup populer di dunia kerja dan kalangan anak muda, terutama para pekerja kantoran. Hal ini terjadi karena masih banyak perusahaan yang mendorong karyawannya untuk bekerja ekstra demi hasil yang lebih baik dan goal yang dituju.

Fenomena ini tentunya tidak bagus buat life balance, karena tidak adanya keseimbangan dalam aspek kehidupan, seperti aspek kesehatan, pekerjaan, dan kesejahteraan emosional.

Sering kali seseorang merasa bangga bahwa ia bekerja sampai pagi, seperti pekerjaan yang menumpuk dan mengakibatkan hanya tidur 4 jam.

Tentunya dengan kebanyakan bekerja dan mengabaikan kesehatan akan membawa pengaruh yang buruk bagi kesehatan. Seperti waktu tidur menjadi terganggu yang akan memicu banyak masalah lainnya dan berdampak bagi kesehatan tubuh.

Baca Juga: 17 Makanan yang Bikin Kamu Cepat Lapar dan Ingin Makan Terus

Munculnya Gaya Hidup Hustle Culture

Pertama kali fenomena gila kerja atau workaholism ditemukan pada tahun 1971. Fenomena ini semakin menyebar dengan cepat, terutama di kalangan milenial. Alhasil saat ini sering ditemukan yang lembur sampai tengah malam untuk belajar atau bekerja, dan menganggap sepele jam tidur.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, juga lahirnya banyak pengusaha yang mencapai kesuksesan di usia muda, membuat orang-orang semakin terdorong untuk bisa sukses di usia muda. Tidak heran jika banyak yang terobsesi ingin seperti Mark zuckerberg, Elon Musk dan Steve job.

Ciri-ciri Hustle Culture

Orang-orang yang menganut hustle culture disebut dengan hustlers. Walaupun terdengar keren, sebenarnya menjadi hustlers bisa merugikan diri sendiri, lho.

Seperti yang sudah disebutkan, salah satu tanda penganut “budaya gila kerja” ini adalah ketika ia menganggap bahwa produktif artinya bekerja keras tanpa henti. Jadi, ketika tidak bekerja dan sedang istirahat, ia malah merasa bersalah dengan diri sendiri.

Tidak cuma itu, ciri-ciri lain dari hustle culture juga bisa membuat orang melakukan hal-hal ini:

  • Terlalu sering memikirkan kerjaan
  • Mengorbankan kehidupan pribadi demi menyelesaikan pekerjaan
  • Terobsesi dengan kesuksesan dan pekerjaan
  • Ketakutan berlebih akan kegagalan
  • Tidak mau tertinggal sehingga terus bekerja
  • Jarang merasa puas dengan pekerjaannya
  • Tidak punya waktu untuk bersantai dan membahagiakan diri sendiri
  • Sering lupa makan dan mengabaikan waktu istirahat
  • Mengabaikan hubungan dengan orang lain
  • Terus merasa lelah karena bekerja berlebihan

Penganut hustle culture sering kali tidak sadar dengan hal tersebut. Nah, kalau kamu punya ciri-ciri hustle culture di atas, sebaiknya kamu mulai waspada, ya, supaya tidak menimbulkan dampak yang tidak baik buat kesehatan kamu.

Pasalnya, jam kerja yang overtime menyebabkan kesehatan mental yang buruk, misalnya meningkatnya kecemasan dan gejala depresi. Selain kesehatan, masih banyak dampak lain yang bisa kamu alami sebagai hustlers.

Dampak Buruk Hustle Culture

Kamu yang menganut budaya hustle culture bisa mengalami beberapa kondisi berikut karena bekerja terlalu keras:

  • Burn out

Burn out pastinya menjadi salah satu dampak buruk hustle culture yang banyak dialami. Ketika kamu mengalami burn out, kamu akan merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional gara-gara pekerjaan. Efek burn out ini bisa membuat kamu kehilangan motivasi dan kehilangan semangat.

Selain itu, kamu mungkin jadi mudah marah, ragu dengan kemampuan diri sendiri, dan merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Jika kondisi ini terjadi, kinerja mu juga bisa terpengaruh.

  • Timbulnya rasa cemas yang berlebihan

Terkadang, kita pasti merasa cemas dan takut membuat orang lain kecewa karena kinerja kita yang kurang memuaskan. Karena pemikiran ini, penganut hustle culture jadi takut melakukan kesalahan di pekerjaannya, sehingga ia terus memforsir dirinya untuk memberikan hasil terbaik dan tampil secara maksimal.

Sayangnya siklus ini malah membawa kamu ke dalam kecemasan berlebih (anxiety) yang bisa berakhir jadi stres. Belum lagi, jika tujuan yang diharapkan malah tidak tercapai.

  • Tidak memiliki work life balance

Budaya hustle culture sangat mungkin menciptakan ketidakseimbangan yang sehat antara kehidupan profesional dan kehidupan pribadi. Akibat bekerja terus-menerus, kamu lupa bahwa masih ada hal lain yang harus diprioritaskan.

Kamu menomor-dua-kan dirimu sendiri sampai lupa makan, kurang tidur, dan banyak lagi yang kamu tinggalkan karena terlalu fokus dengan pekerjaan.Kalau sering terjadi, kesehatan fisik dan mental tentu jadi tidak terjaga.

  • Berkurangnya kehidupan dan kemampuan bersosialisasi

Terlalu memprioritaskan pekerjaan juga bisa menjauhkan kamu dari kehidupan sosial, termasuk hubungan dengan keluarga, teman, dan pasangan. Efek bekerja berlebihan ini bisa menyita waktu istirahat, yang membuat kamu kehilangan momen bersama keluarga dan sahabat.

Bahkan, efek bekerja terus-menerus bisa menciptakan ambisi yang berlebihan, sehingga malah melihat teman kerja atau orang terdekat sebagai “saingan”. Tidak jarang penganut hustle culture melakukan segala hal yang tidak sehat demi mencapai tujuan yang diinginkan dan mengabaikan perasaan orang lain.

  • Menurunnya kreativitas dan produktivitas

Kalau kamu berpikir bekerja terlalu keras bisa membuat kamu lebih produktif, maka pemikiran ini salah. Sebaliknya, menurut Dr. Jeanne Hoffman seorang psikolog dari UW Medicine, “budaya gila kerja” yang dilakukan lebih dari 50 jam per minggu justru bisa melumpuhkan produktivitas dan kreativitas seseorang.

Tidak hanya menurunkan produktivitas, orang yang bekerja sepanjang waktu juga jadi lebih sering sakit karena kurangnya istirahat dan kelelahan. Nah, coba kamu ingat-ingat lagi, berapa banyak jam kerja yang kamu lakukan dalam beberapa minggu belakangan ini?

  • Kesehatan mental yang terguncang

Kurangnya perawatan diri dan mencari hiburan karena terlalu “gila kerja” mampu meningkatkan risiko terkena depresi, kecemasan, hingga pikiran untuk bunuh diri. Gangguan kesehatan mental ini terjadi karena budaya hustle culture membuat pekerja burn out hingga stress berkepanjangan.

  • Meningkatnya risiko terkena penyakit

Tubuh manusia bukanlah robot. Tentunya kelelahan dan kurangnya istirahat karena hustle culture bisa membuat kamu jatuh sakit dan malah mengakibatkan kerjaanmu tertunda.

Bekerja lembur setiap hari hingga mengalami kelelahan juga bisa meningkatkan berbagai masalah kesehatan, misalnya tekanan darah tinggi, detak jantung tidak teratur, diabetes, hingga stroke.

Tips Mengatasi Hustle Culture

Membebaskan diri dari kebiasaan yang sudah jadi rutinitas memang bukan hal yang mudah. Tapi, bukan berarti tidak bisa dilakukan, lho. Hal yang pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi budaya hustle culture ini adalah merubah mindset dan kemauan. Bagaimana caranya?

Nah, berikut ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan bertahap untuk membantu kamu mengatasi kebiasaan gila kerja alias hustle culture:

  1. Jangan lupa untuk istirahat yang cukup
  2. Buat batasan dan tetapkan prioritas kamu tidak jenuh bekerja terus-menerus.
  3. Lakukan me-time dan aktivitas menenangkan
  4. Cari dukungan dari orang terdekat
  5. Temukan hobi di luar pekerjaan
  6. Kurangi sosial media dan hindari membandingkan diri sendiri

Baca Juga: 10 Tips Jitu Kembalikan Mood dan Semangat Kerja Setelah Libur Panjang!

Intinya, jangan pernah menyalahkan diri sendiri kalau segala sesuatu tidak berjalan mulus sesuai rencana, ya.

Tapi, fokus dengan apa yang sudah kamu lakukan hari ini dan berikan self reward atas pencapaian kamu. Ingat juga, kalau semua orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Jadi, stop membandingkan diri sendiri dengan orang di sekitar, ya gengs! ***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler