Network
PRFMNEWS – Lingkar Kajian Komunikasi dan Politik (LKPP) menilai debat publik kedua calon bupati-calon wakil bupati (cabup-cawabup) Bandung cenderung tidak menghadirkan identitas Kabupaten Bandung sebagai sebuah daerah di tatar sunda.
Direktur Eksekutif LKPP, Adiyana Slamet menilai pada debat publik kedua yang berlangsung kemarin, 14 November 2020 itu terkesan bukan pilkada di Kabupaten Bandung. Pasalnya, hal kecil seperti ucapan salam dengan bahasa sunda atau lainnya tidak dimunculkan oleh ketiga pasangan calon.
Padahal dalam konsep komunikasi politik, kepala daerah harus menyamakan karakteristiknya dengan identitas warganya dalam hal ini Kabupaten Bandung.
Baca Juga: Tim Penyusun Debat Publik Kedua Cabup-Cawabup Bandung: Di Situ Kelihatan Strategi Mereka
“Karena calon bupati itu harus menyamakan karakteristik dengan warganya. Jadi di Kabupaten Bandung yang identik dengan wilayah tatar sunda itu kan harus menyapa pemirsa dengan identitas yang menjadi basis atau habit di wilayah itu,” kata Adiyana saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel, Sabtu 14 November 2020.
Tak hanya itu, Adiyana pun menyoroti masing-masing kandidat yang belum mencirikan citra politiknya.
“Segmentasi milenial contohnya (paslon) ini, segmentasi pegawai contohnya (paslon) ini, segmentasi pedagang contohnya (paslon) ini, buruh ini. Saya tidak melihat itu secara rinci walapun waktunya sangat sempit. Tapi memang itu harus dilakukan,” jelasnya.
Baca Juga: Polisi Ringkus 5 Orang Pelaku Pengeroyokan di Bandung yang Viral dan Terekam CCTV
Kendati demikian, jika merujuk pada penelitian, debat publik ini cenderung sebagai ajang untuk memperkuat preferensi. Karena, pada debat publik pemilih cenderung telah memiliki pilihannya saat mencoblos nanti.
