David melihat adanya perbedaan penggunaan teknologi dimana pada umumnya di Indonesia jalur kereta api menggunakan batu ballast, sementara proyek KCJB ada yang memakai ballastless track slab.
Baca Juga: Ngaku Nyaman dan Bangga Jajal LRT ke TMII, Jokowi: Nanti Beroperasi Berbarengan dengan Kereta Cepat
Dia pun menyebut pengukuran tingkat presisi track slab yang telah terpasang juga harus dipastikan sedetail mungkin dalam proyek KCJB ini.
“Ketinggian dan kemiringan hanya memiliki toleransi milimeter karena jalur tersebut akan digunakan kereta dengan kecepatan tinggi hingga 350 km/jam. Adanya pekerjaan Fine Adjustment ini baru bagi kami, karena sudah sepenuhnya terkomputerisasi,” jelasnya.
Menurut David, pengetahuan dan pengalaman turun langsung ke proyek Kereta Api Cepat pertama di Indonesia ini merupakan hal yang sangat berharga bagi teman-teman ITB karena belum tentu dapat diulang dan didapatkan oleh banyak orang.***