“Upaya sederhana yang dapat dilakukan dalam mencegah food waste di antaranya menghargai makanan dengan mengambil makanan secukupnya dan menghabiskan,” ujarnya.
Ia menambahkan, pengurangan sampah makanan dapat dilakukan dengan kerja sama antara pengusaha makanan dan NGO (Non-Governmental Organization) atau stakeholder lain yang fokus mengelola makanan berlebih.
“Sehingga, upaya mengatasi daerah yang rentan atau rawan pangan dapat sedikit terbantu dengan memberikan makanan berlebih kepada masyarakat yang membutuhkan,” katanya.
Gin Gin melanjutkan, kampanye ini dilakukan juga sebagai salah satu respons terkait isu krisis pangan dunia yang menjadi kewaspadaan bagi Indonesia.
Saat ini Indonesia masih menjadi negara adalah pembuang sampah makanan nomor 2 di dunia setelah Arab Saudi.
Baca Juga: Kabar Baik, Program Buruan Sae Kota Bandung Raih Penghargaan di Rio De Janeiro Brazil
Berdasarkan kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan sejumlah lembaga mengenai hasil studi komprehensif terkait food loss & waste di Indonesia pada 2021, sampah makanan yang terbuang di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kg per kapita per tahun.
Kota Bandung yang 97 persen kebutuhan pangannya disuplai dari luar Kota Bandung menyebabkan timbunan sampah meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Berdasarkan kajian yang dilakukan pada 2022 dengan jumlah penduduk mencapai 2.530.448 jiwa, Kota Bandung menghasilkan timbunan sampah 1.594,18 ton/hari, di mana sebanyak 44,52 persen didominasi oleh sampah sisa makanan.***