Heboh! Ribuan Orang Indonesia Pindah Kewarganegaraan jadi Warga Negara Singapura, Ternyata Ini Alasannya

15 Juli 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi Singapura. Ribuan orang Indonesia pindah jadi warga Singapura /Pixabay/David Mark

PRFMNEWS - Baru-baru ini beredar informasi mengejutkan terkait Warga Negara Indonesia (WNI) yang mendadak memutuskan untuk beralih kewarganegaraan.

Hal tersebut faktanya bukan hal baru di kalangan masyarakat Indonesia. Sudah cukup banyak kasus di mana WNI mengubah domisilinya menjadi WNA.

Hal tersebut diungkap oleh Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Silmy Karim yang membagikan fakta menarik terkait dengan fenomena banyaknya WNI pindah menjadi warga negara Singapura.

Baca Juga: Hapus Tradisi Bullying Dokter, Menkes Segera Terbitkan Aturan untuk Tindak Tegas Pelaku

Silmy memperkirakan jumlahnya mencapai sekitar 1.000 orang per tahun. Padahal Indonesia tengah bersaing dengan negara lain untuk merebut orang-orang pintar.

"Saya lupa kalau enggak 100, 1.000 orang mahasiswa Indonesia di Singapura menjadi warga negara Singapura setiap tahun. Bersaing kita rebut orang-orang hebat, pintar," katanya dalam Festival Gen Z 2023 by CentennialZ.

Dari angka tersebut, warga negara yang berpindah ke Singapura didominasi oleh mahasiswa.

Baca Juga: Program Umroh Gratis KAI 2023 Hadir Lagi, Penumpang Kereta Api Penuhi Syarat Bersiap Pergi ke Tanah Suci

Umumnya, warga negara yang mengubah status kewarganegaraannya menjadi WNA dimulai dari rentang usia 25 tahun sampai 35 tahun.

Diketahui, pemicu pindahnya WNI ke Singapura didasari atas permasalahan ekonomi.

Singapura yang dijadikan negara tujuan warga negara didasari negara tersebut merupakan negara yang cukup maju dan berkembang baik dari segi SDM, hingga ekonomi.

Kebanyakan dari warga negara yang beralih domisili ke Singapura merasa bahwa mereka tidak mendapatkan lapangan kerja yang sesuai di Indonesia.

Baca Juga: Lancarkan Komunikasi Kereta Cepat Jakarta Bandung, KCIC Ukur Kebersihan Frekuensi

Sementara di Indonesia sendiri diketahui terdapat 10 juta lapangan kerja dengan spesifikasi gaji yang juga terbilang cukup tinggi.

Namun hal tersebut sepertinya tak turut dirasakan oleh ribuan warga negara yang memutuskan untuk beralih kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura.

Bagi warga negara yang memutuskan untuk mengubah kewarganegaraannya hidup mereka jauh lebih terjamin di Singapura.

Selain itu, Silmy juga mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa jika hanya mengandalkan sumber daya alam, yang lambat laun akan habis secara pasti. Maka dari itu, sisi sumber daya manusia yang seharusnya ditingkatkan.

“Dalam hal menentukan nasib bersama, harus bersatu. Pemerintah kasih beasiswa LPDP, memperjuangkan, kasih informasi supaya Gen Z generasi yang unggul dan berdaya saing,” lanjut ucap Silmy Karim.

Namun, Gen Z saat ini dinilai sedang menghadapi banyaknya persoalan, seperti biaya hidup yang sangat tinggi, akses penunjang karier terbatas, hingga permasalahan kesenjangan kemiskinan bahkan sampai cara bekerja ataupun penyampaian dan kontribusi yang berhubungan dengan antar generasi sebelumnya.

Anthony Budiawan selaku Director Political Economy & Policy Studies (PEPS) juga mengatakan bahwa secara umum Singapura memiliki penghasilan lebih tinggi dari Indonesia.

Hal ini jadi salah satu alasan kuat yang mendorong para Mahasiswa untuk melanjutkan kerja di negeri tersebut hingga pindah kewarganegaraan.

Senada, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal juga menilai gaji di Singapura yang lebih tinggi menjadi alasan banyak mahasiswa Indonesia pindah kewarganegaraan.

"Ada beberapa manfaat yang dikejar oleh anak muda pada umumnya. Yaitu para pencari kerja mencari standar gaji yang lebih tinggi dan itu memang kita lihat standar gaji di Singapura memang lebih besar," ucap Faisal.

Hal seperti ini seharusnya jadi perhatian pemerintah publik Indonesia mengingat Indonesia sendiri memiliki banyak anak muda dengan SDM yang mumpuni untuk membangun negeri.

"Banyak sekali lulusan sains warga Indonesia di luar negeri itu menyoroti ini sebagai satu tantangan kalau bekerja di Indonesia. Sementara kalau di luar sudah jauh lebih bagus dari sisi fasilitas untuk menjalankan bidang keilmuan dia," beber Faisal.

"Ini mestinya menjadi perhatian," saran Faisal.

Menurut Faisal, ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia untuk bisa menciptakan pasar ketenagakerjaan yang lebih menarik agar sumber daya manusia (SDM) unggul Indonesia tidak habis di negara lain.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler