Kampung BeCool dan Rumah Reflektif Surya Karya Dosen UPI Solusi Pembangunan Berkelanjutan dan Efisiensi Energi

- 4 April 2024, 15:00 WIB
Gedung Isola Universitas Pendidikan Indonesia UPI Bandung
Gedung Isola Universitas Pendidikan Indonesia UPI Bandung /Dok UPI

PRFMNEWS - Pada simposium dan lokakarya internasional tentang Bangunan Berkelanjutan, Kota dan Komunitas (Sustainable Buildings, Cities and Communities/SBCC) Tahun 2024, para peserta yang terdiri dari para akademisi, praktisi, perusahaan, pemerintah, komunitas dan masyarakat diajak menyaksikan pameran arsitektur dan pameran produk serta melihat langsung proyek percontohan lingkungan binaan yang telah dibangun dengan mengedepankan prinsip bangunan, area dan komunitas berkelanjutan di Kampung BeCool, Desa Tipar, Padalarang, Kabupaten Bandung.

Kampung BeCool merupakan lingkungan binaan yang dibangun berbasis Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan yang digagas oleh BeCool Indonesia dan Tatalogam Group. Di lokasi ini, 20 rumah gentengnya telah dicat dengan cairan BeCool yang dapat berfungsi secara signifikan untuk memperbaiki iklim mikro di lingkungan sekitarnya.

Pada lokasi yang sama, juga terdapat 3 rumah contoh yang mengaplikasikan rumah reflektif surya yaitu rumah berbasis disain pasif yang mendemonstrasikan penggunaan material bangunan rendah karbon guna mengurangi dampak dari pada urban heat island. Rumah ini merupakan rumah instan berstruktur baja ringan berkonsep ringan, kuat dan ekonomis dengan merek Domus milik Tatalogam Group, dikolaborasikan dengan BeCool Indonesia dibantu oleh PT Inkote Indonesia, mengaplikasi cairan BeCool menjadi cat pada baja lapis aluminium seng sebagai bahan baku genteng metal dan penutup dinding.

Rumah hasil inovasi bersama ini diberi nama Raflesia (Rumah Reflektif Surya Indonesia). Rumah dengan material rendah karbon yang hadir menjadi pilihan solusi untuk perumahan berdesain pasif ini diketahui memiliki emitansi 0,90, reflektansi matahari hingga 72,1 % dan serapan surya hingga 27,9 %. Indeks Reflektan Surya (Solar Reflectance Index/ SRI) rumah Raflesia sendiri mencapai 88.0.

Dr. Eng. Beta Paramita, S.T., M.T., yang merupakan dosen dan peneliti dari Program Studi Artsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) Universitas Pendidikan Indonesia sekaligus Founder BeCool Indonesia mengatakan, setiap tahun konstruksi bangunan terus mengalami peningkatan. Untuk itu, guna mencapai pembangunan berkelanjutan dibutuhkan inovasi baru yang lebih ramah lingkungan dalam pembangunan tersebut.

Menurutnya, konstruksi tahunan bangunan tempat tinggal dan komersial mengalami peningkatan tertinggi setara 5-6% per tahun. Backlog perumahan mencapai 8,76 juta unit per awal 2020. Inovasi kontruksi rumah ini menjawab tantangannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri dengan tetap memegang teguh prinsip ramah lingkungan.

Inovasi tekniologi dalam kontruksi rumah ini dengan mempertimbangkan adaptabilitas struktur organic terhadap seismic lokal, aplikasi dan rekayasa pada material maju, serta inovasi sosial stated preference analysis – willingness to pay.

Inovasi bangunan berkelanjutan ini sesuai dengan program pemerintah melalui Kementerian PUPR dalam mengembangkan kebijakan low-income housing serta merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2011 tentang pedoman penyediaan perumahan murah, yang memiliki luas lantai maksimum 36 m2 (Meter Persegi) serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10/PRT/M/2019 tentang kriteria dan persyaratan perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Ia menambahkan, saat ini industri baja terus berkembang menggantikan bahan baku kayu yang dianggap kurang ramah lingkungan. Penggunaan bahan logam seperti baja ringan untuk rangka bangunan juga memiliki berbagai keuntungan seperti, tegangan dan transfer regangan yang lebih baik, tahan terhadap suhu tinggi, kurang penyerapan kelembaban, tidak mudah terbakar, kuat tekan dan geser, serta memiliki ketahahan aus dan ekspansi termal yang lebih baik.

“Dalam penggunaan baja ringan ini, tantangannya adalah pertama, yaitu proses produksinya harus menganut kepada industri berkelanjutan dengan tujuan menghasilkan baja rendah karbon. Kedua, baja ringan merupakan konduktor panas yang baik. Pada bangunan prefabrikasi baja ringan, maka radiasi matahari secara langsung tertransfer masuk ke dalam ruangan. Oleh sebabnya, kolaborasi antara BeCool Indonesia dan Tatalogam Group pada Raflesia ini bisa menjawab tantangan tersebut,”terang Beta.

Halaman:

Editor: Indra Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x