Baca Juga: Cek Langsung! Ini Daftar Iuran BPJS Kesehatan 2024
Menurut dia, kedua senyawa tersebut memegang peran penting dalam industri pangan dan farmasi. Carrageenan, katanya, berperan sebagai gelling agent, stabilizer, dan thickener, yang digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman.
Sementara, agarose yang memiliki kemampuan membentuk gel banyak digunakan dalam teknik pemisahan biomolekul seperti elektroforesis.
Lewat pendekatan model kinetik galaktosa (GAL) dan 3,6-anhidro-D-galaktosa (D-AHG), dia menilai rumput laut merah dapat diolah menjadi senyawa kimia esensial seperti 5-Hidroksimetilfurfural (HMF) dan asam levulinat (LA).
Kedua senyawa ini, kata Heeres, memiliki potensi besar sebagai bahan baku untuk plastik, bahan bakar, atau pelarut. Hal ini membuktikan bahwa biomassa dapat menjadi pendorong utama dalam produksi bahan kimia berkelanjutan.
Baca Juga: Fasilitas Tempat Wisata Gratis di Ujungberung Bandung ini Sukses Pikat Hati Emak-emak hingga Pelajar
Selain itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan makroalga atau rumput laut mempunyai kandungan karbon yang dapat dijadikan sumber energi alternatif berupa gas hidrogen, biogas, bioetanol ataupun char yang bisa ditingkatkan kualitasnya menjadi bahan bakar padat.
"Makroalga dengan kandungan karbonnya dapat dimanfaatkan untuk sumber daya energi," kata Peneliti Teknologi Industri Proses dan Manufaktur BRIN Novi Syaftika, mengutip dari ANTARA.
Menurut dia, saat ini hanya beberapa spesies dari 700 lebih spesies rumput laut di Indonesia yang sudah dimanfaatkan untuk industri pangan seperti agar-agar, atau karagenan. Namun, rumput laut belum dieksplorasi untuk menjadi energi biomassa.
Sebelumnya, pada November 2023, Presiden Jokowi juga minta pemerintah mendorong pengembangan industri pengolahan rumput laut dalam negeri, termasuk produksi bahan bakar.***